Senin 21 Mar 2016 21:32 WIB
Tokoh Perubahan Republika 2015

Semangat Revolusi Republika Diangkat ke Sebuah Film

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Ilham
  Suasana acara malam penganugerahan Tokoh Perubahan 2015 di Jakarta, Senin (21/3) malam.  (Republika/Agung Supriyanto)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Suasana acara malam penganugerahan Tokoh Perubahan 2015 di Jakarta, Senin (21/3) malam. (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Film berdurasi pendek diputar pada malam pengenugerahan Tokoh Perubahan Republika 2015. Film berdurasi sekitar 10 menit ini mengangkat tema dunia jurnalistik, terutama bagaimana kerja awal redaksi Republika.

Meski begitu, film ini diperankan tokoh-tokoh fiksi. Ide cerita film menggali soal bagaimana Republika mengangkat berita-berita yang mengambil sudut pandang berbeda. Misalnya, saat terjadi serangan bom di Sarinah, Thamrin beberapa waktu lalu.

Beberapa awak redaksi, yakni Pemimpin Redaksi Rahman, Kepala Newsroom Sofyan, cover story Lucy Widjaja, reporter senior Rusdi Tamim, dan reporter junior Jamila Raqib dibuat kelimpungan oleh adanya teror bom tersebut. Mereka pun mengerahkan para reporternya untuk segera meliput peristiwa nahas itu. (Film Republika Tuai Respon Positif, Ini Kata Ferdi Hasan).

Dalam rapat harian, mereka saling adu silang pendapat soal sudut pandang untuk edisi koran esok. Sofyan menginginkan headline koran yang bombastis, yang berisi kekejaman para teroris. Namun ide berbeda disampaikan Lucy dan Jamila. Menurut mereka, jika media terus mengekspos kekejaman itu, maka para teroris pasti akan senang hati.

"Justru itulah yang menjadi tujuan teroris, melakukan serangan di tempat umum sehingga membuat masyarakat ketakutan," kata Lucy.

Rahman pun setuju. Teroris bukanlah Islam. Sementara Republika adalah kendaraan umat Muslim Indonesia. Apalagi, Presiden Joko Widodo sudah mengatakan bahwa negara tidak boleh kalah dengan teroris. "Mereka tidak akan mendapat tempat di Republika, apalagi di halaman muka," kata Rahman.

Untuk itu, Republika harus mengangkat edisi yang powerfull dan menunjukkan keberanian dan optimistis bangsa Indonesia. "Republika adalah sebuah revolusi karena berani berdiri menjadi koran pertama umat Islam," ujar Jamilah.

Alhasil, dalam rapat tersebut mereka sepakat untuk menelurkan edisi koran dengan headline berjudul Kami Tidak Takut untuk memberitakan serangan bom di Sarinah Thamrin. Edisi tersebut kian mempertegas Islam sebagai rahmatan lil alamin dan bukan agama teroris.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement