Senin 21 Mar 2016 21:19 WIB

Diserang OPT, Panen Raya di Selatan Sukabumi tak Maksimal

Rep: Riga Iman/ Red: Winda Destiana Putri
Panen padi
Foto: Panca/Republika
Panen padi

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Serangan organisme penganggu tanaman (OPT) di selatan Kabupaten Sukabumi menyebabkan hasil panen padi tidak maksimal.

Dampaknya, para petani mengalami kerugian cukup besar karena panen padi tidak sesuai dengan yang diharapkan.

"Ada sekitar 30 persen lahan persawahan yang tidak bisa panen maksimal," ujar Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Surade H Sahlan kepada Republika Senin (21/3).

Penyebabnya, karena maraknya serangan OPT khususnya blast dan hama wereng. Serangan OPT ini ungkap Sahlan bermula ketika lahan persawahan mengalami kekeringan akibat kesulitan pasokan air bersih di awal 20-16 lalu.

Pada saat itu intensitas hujan belum terlalu tinggi. Kurangnya pasokan air lanjut Sahlan menyebabkan perkembangan OPT cukup marak. Di mana, serangan OPT tesebut dinilai cukup parah dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Dikhawatirkan, produksi padi pada tahun ini akan merosot.Sahlan mengatakan, lahan persawahan yang dimilikinya juga ikut terdampak masalah serangan OPT dan kekeringan. Ia mengaku ada empat kotak lahan padi yang tidak bisa dipanen secara maksimal.

"Sementara lahan sawah yang lainnya akan dipanen pada pertengahan April mendatang," terang Sahlan.

Harapannya, panen padi pada bulan tersebut bisa menebus kerugian akibat serangan OPT. Selain serangan OPT, ratusan hektare areal pertanian di Sukabumi juga gagal panen akibat bencana banjir dan longsor.

Data Dinas Pertanian Tanaman Pangan (DPTP) Kabupaten Sukabumi menyebutkan, ada sekitar 170 hektare areal pertanian yang terkena banjir dan longsor.

Ratusan hektare lahan persawahan tersebut berada di sepuluh kecamatan seperti Nyalindung, Cikembar, dan Jampang Tengah.Kepala DPTP Kabupaten Sukabumi Sudrajat mengatakan, data sementara ada sekitar 170 hektare areal pertanian yang terkena bencana banjir dan longsor.

"Dampaknya, lahan pertanian tersebut tidak bisa panen," ujar dia.

Dari satu hektare lahan ujar Sudrajat, biasanya diproduksi sekitar 6,5 ton padi. Sehingga total kehilangan produksi padi diperkirakan mencapai 1.105 hektare.

Sementara biaya produksi untuk mengolah lahan pertanian tersebut rata-rata mencapai kisaran Rp 7 hingga Rp 8 juta per hektare.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement