Senin 21 Mar 2016 18:40 WIB

Kabut Asap Diharapkan tak Terulang Tahun Ini

Kabut asap menyelimuti Pekanbaru.
Foto: Antara
Kabut asap menyelimuti Pekanbaru.

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos dan Logistik Indonesia (Asperindo) Riau berharap kabut asap dari provinsi itu atau kiriman, tidak terulang lagi di tahun ini. Karena bila terjadi lagi akan merugikan sektor bisnis jasa hingga miliaran rupiah.

"Harapan kita meski titik panas kembali muncul capai 69 titik, lalu berangsur-angsur padam. Mudah-mudah tidak terulang seperti tahun lalu," papar Koordinator Asperindo Wilayah I Sumatera, Nana Mulyana saat dihubungi melalui sambungan telepon genggam dari Pekanbaru, Senin (21/3).

Menurut dia, jika kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan di Sumatra kembali muncul pada tahun ini, maka hampir semua sektor usaha merasakan dampaknya. Artinya, bukan hanya sektor jasa pengiriman barang menderita kerugian.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau tahun lalu menyatakan, terdapat tujuh sektor perekonomian mengalami kerugian besar akibat kabut asap di Sumatera. Sektor yang merugi itu mengalami penurunan omset rata-rata 24,95 persen. Penurunan omset terbesar terjadi pada usaha sektor yang bergerak di bidang transportasi terutama udara. Disusul lalu ekspedisi atau pengiriman barang, perdagangan, akomodasi, makanan dan minuman, pendidikan dan kesehatan.

"Semuanya bakal tanggung kerugian mulai dari 30 persen sampai 60 persen. Kalau di sektor kita itu yang paling besar karena kita harus keluarkan biaya tambahan lantaran pengalihan rute pengiriman barang seperti melalui Padang, Sumatera Barat," terangnya.

Selain itu, lanjut Nana, akibat kabut asap, maka aktivitas di Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru lumpuh. Padahal terdapat 17 kali penerbangan berjadwal mengangkut pengiriman barang terutama rute domestik.

Dalam setiap pengiriman barang menggunakan pesawat udara dari bandara setempat sekitar 34 sampai 35 ton barang datang, sedangkan barang keluar 10 sampai 12 ton per hari. "Jadi hitung-hitungan kita baik barang masuk atau keluar, kerugian itu bisa capai Rp15 miliar per bulan," ujar dia.

Pemerintah Provinsi Riau telah menetapkan status siaga darurat kebakaran lahan dan hutan sebagai upaya untuk mempercepat tindakan pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada 7 Maret 2016 dan berlaku tiga bulan ke depan.

"Beberapa kabupaten/kota di Riau sudah menetapkan siaga darurat kebakaran lahan, maka kita mengakomodirnya untuk disampaikan ke pusat," kata Pelakasna Tugas Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman.

Saat ini, para petugas dari satuan tugas kebakaran lahan dan hutan Riau masih mengandalkan bantuan helikopter dari dua perusahaan kertas untuk melakukan pemadaman api yakni milik PT Riau Andalan Pulp and Paper dan PT Indah Kiat Pulp and Paper.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Riau, Edwar Sanger pekan lalu mengatakan, pemerintah pusat akan mengirimkan empat helikopter ke Riau untuk membantu menanggulangi kebakaran hutan dan lahan di wilayah tersebut.

"Pemerintah melalui BNPB (Badan Nasional Penanggulan Bencana) menjanjikan kita untuk mengirimkan empat helikopter ke Riau. Saat ini tengah mengurus izin administrasinya," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement