REPUBLIKA.CO.ID,LEBAK -- Harga gabah di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, pada panen Maret 2016 anjlok sehingga berdampak terhadap pendapatan petani di daerah itu.
"Kami berharap pemerintah daerah dapat menyerap gabah petani dengan harga patokan pemerintah (HPP) yakni gabah kering panen (GKP) Rp3.600/kg dan gabah kering giling (GKG) Rp4.600/kg dan beras Rp7.300/kg," kata Nanil (50), seorang petani Desa Malabar, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak.
Saat ini, harga gabah di wilayahnya terpuruk sehingga usaha pertanian tidak begitu menguntungkan. Sebab, harga GKP anjlok hingga mencapai Rp2.500/kg dan Rp3.500/kg GKG, sehingga harga tersebut relatif murah dibandingkan dengan HPP yang berlaku.
Karena itu, pihaknya berharap pemerintah daerah dapat menyerap gabah petani dengan menampung HPP. Apabila, gabah petani itu terserap dengan harga HPP tentu bisa menguntungkan bagi petani."Kami petani di sini sejak turun temurun ditampung oleh tengkulak," katanya.
Begitu juga Samian (50), seorang petani warga Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, mengaku dirinya bingung harga gabah panen di tingkat petani Rp2.500/kg dan harga GKG Rp3.500/kg.
Harga gabah sebesar itu dipastikan pendapatan petani bersih selama empat bulan setelah dipotong biaya produksi cukup kecil antara Rp1,5-2,5 juta/hektare.
"Kami mendesak Bulog bisa menampung gabah petani sehingga usaha pertanian pangan bisa menguntungkan," katanya menjelaskan.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Dede Supriatna mengatakan pihaknya pada bulan Maret 2016 diperkirakan panen seluas 19.250 hektare sehingga bisa menyumbangkan ketahanan pangan daerah.
Namun, pihaknya menerima laporan dari petani harga gabah anjlok akibat curah hujan cukup tinggi. Selain itu juga kualitas rendaman gabah di atas 22 persen, sehingga harga gabah menurun dibandingkan HPP tersebut.
Karena itu, pihaknya akan berkoordinasi dengan Perum Bulog agar gabah petani bisa ditampung untuk cadangan beras nasional. "Kami minta petani menjual gabah ke Bulog dan tidak ke tengkulak," katanya.