Sabtu 19 Mar 2016 02:12 WIB

Panglima TNI: Dunia Terancam Krisis Enegeri

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Ilham
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo di Istana Negara, Selasa (8/9).
Foto: Setkab.
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo di Istana Negara, Selasa (8/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI, Jendral Gatot Nurmantyo menilai salah satu ancaman ASEAN, khususnya Indonesia kedepan adalah krisis energi. Ia menilai, prediksi kedepan jumlah penduduk dunia akan terus bertambah, hal ini tak sebanding dengan produksi energi yang ada.

Gatot dalam pertemuan panglima militer se-ASEAN mengatakan, jumlah penduduk dunia saat alami krisis energi pada 2043 mencapai 12.3 miliar yang berarti hampir 4 kali lipat populasi ideal penduduk bumi. Konsekuensinya pemenuhan kebutuhan energi, pangan, dan air meningkat pula.

 

Pada sisi lain, jenderal Gatot menjelaskan bahwa konflik atau perang di belahan bumi seperti di Libya, Mesir, Irak, Kuwait, Iran, Sudan, Kongo, Nigeria, semuanya terjadi di Negara penghasil minyak. Terakhir adalah Ukraina, negara penghasil minyak 10 juta barrel per hari. Inilah bukti konflik dunia berlatar belakang energi.

“Negara ASEAN kaya sumber daya alam dan geografinya memiliki vegetasi sepanjang tahun untuk menghasilkan bahan makanan, nantinya menjadi incaran negara-negara non-equator yang berpenduduk sekitar 9.8 miliar, semua negara akan bergantung kepada negara sepanjang equator. Perebutan penguasaan sumber energi, pangan dan air menjadi latar belakang perang ekonomi dan lokasinya di ASEAN. Ancaman nyata kedepan bagi ASEAN,” kata Gatot, Jumat (18/3).

Menurut Gatot, salah satu cara untuk bisa menahan krisis ini adalah penyelesaian perselisihaan dengan cara-cara damai tanpa menggunakan kekuatan militer. Kemudian menolak tegas ancaman yang disertai dengan kekerasan, baik dari dalam maupun luar kawasan. "Isu keamanan yang bersifat multi dimensional di kawasan senantiasa diselesaikan oleh negara-negara di kawasan melalui cara komprehensif dengan cara diplomatis."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement