REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Pekanbaru mendeteksi sebanyak 17 titik panas atau mengindikasikan adanya kebakaran lahan atau hutan yang tersebar di empat provinsi di Sumatra. Kepala BMKG Pekanbaru, Sugarin mengatakan, berdasarkan pencitraan modis Terra dan Aqua pada Jumat pukul 05.00 WIB, sebanyak delapan titik panas terpantau di Nanggroe Aceh Darussalam, tujuh titik di Riau serta satu titik masing-masing di Sumatra Utara dan Barat.
Sugarin merinci, tujuh titik panas yang terpantau di Riau tersebar di lima kabupaten. "Dua titik panas terpantau di Pelalawan dan Siak, serta satu titik masing-masing terpantau di Indragiri Hilir, Meranti dan Kampar," jelasnya.
Sementara itu, dari tujuh titik panas yang terpantau, satu titik di antaranya dipastikan sebagai titik api atau menandakan adanya kebakaran dengan tingkat kepercayaan di atas 70 persen. "Satu titik api terpantau di Indragiri Hilir," ujarnya.
Namun begitu, Sugarin mengatakan dari laporan Komandan Distrik Militer Tembilahan, keberadaan titik api telah berhasil diatasi. "Informasi yang diterima sudah berhasil diatasi, semoga tidak menyebar," ujarnya.
Keberadaan titik panas maupun titik api di Riau mulai kembali terdeteksi pada Kamis (17/3) setelah sehari sebelumnya atau Rabu dipastikan Nihil. "Sebelumnya hujan mengguyur sejumlah wilayah Riau sehingga mengurangi keberadaan titik panas hingga nihil," ujarnya.
Namun begitu, BMKG Pekanbaru mengimbau agar selalu waspada lantaran musim panas di Riau akan terus berlangsung hingga April 2016 dengan potensi kebakaran yang cukup tinggi. Sementara pada Jumat pagi ini, Satgas Kebakaran Lahan dan Hutan Riau sedang menggelar rapat evaluasi penanganan Karhutla aetempat di Pangkalan Udara Roesmin Nurjadi Pekanbaru yang dipimpin langsung oleh Danrem 031/WB.