Rabu 16 Mar 2016 18:37 WIB

'Daripada Tour de Java Lebih Baik Demokrat Lakukan Konsolidasi Internal'

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Bayu Hermawan
Mantan Presiden RI ke-6 sekaligus Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) didampingi istrinya Ani Yudhoyono (kedua kiri) menyapa petugas kesehatan saat melintas di Jalan Jendral Sudirman pada kegiatan
Foto: Antara/Adeng Bustomi
Mantan Presiden RI ke-6 sekaligus Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) didampingi istrinya Ani Yudhoyono (kedua kiri) menyapa petugas kesehatan saat melintas di Jalan Jendral Sudirman pada kegiatan "SBY Tour De Java", Ciamis, Jawa Bar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung Muradi mengatakan Tour de Java  kurang efektif menaikkan nama Partai Demokrat dalam Pemilihan Presiden 2019.

Apa yang dilakukan Demokrat tersebut cukup baik, namun sayangnya hanya sekadar seremonial semata dan belum tertentu berbekas di masyarakat saat pencoblosan dua tahun mendatang.

"Daripada melakukan tur, lebih baik Demokrat melakukan konsolidasi internal,” katanya kepada Republika.co.id, Rabu (16/3).

Konsolidasi internal tersebut dapat berupa memperkuat kaderisasi, hingga memberi warna baru dalam partai berlambang bintang bersinar tiga arah ini. 

Muradi menyebut pascalengsernya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dari kursi Presiden RI, Demokrat seolah kehilangan orientasi.

Hal ini terbukti dalam Pemilu 2014, jumlah perolehan suara dan perolehan kursi di DPR untuk Demokrat merosot drastis dari posisi pertama pada 2009 menjadi posisi keempat dari 10 partai di DPR.

Perolehan suara Demokrat kala itu hanya 10,19 persen suara nasional (12.728.913). Perolehan ini disebut-sebut karena kasus beberapa kader partai yang terkait masalah hukum yang membuat citra Demokrat menurun di mata publik.

Harusnya, kata Muradi, SBY dan kader Demokrat lainnya harus memperbanyak konsolidasi internal bukannya malah mengutamakan tur.

"Kalau terkait Pilpres 2019, itu terlalu dini," ucapnya. 

Apalagi memori politik masyarakat cukup singkat. Demokrat harus lebih menjual gagasan. Jangan hanya sekadar haus kekuasaan, tetapi juga harus menggali gagasan politik.

Selama ini Demokrat dianggap hanya menjual SBY. Demokrat harus menemukan gagasan baru untuk kembali bisa kompetitif di Pilpres 2019.

"Pilkada kemarin (Demokrat) babak belur, tidak punya kader baru. Ikhtiar ke dalam lebih penting dibanding seremonial yang tidak ada efeknya," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement