Rabu 16 Mar 2016 16:36 WIB

Pemilik Rental Uber Minta Pemerintah tak Matikan Nafkahnya

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Indira Rezkisari
Pengguna jasa Uber sedang membuka aplikasi tersebut.
Foto: flickr
Pengguna jasa Uber sedang membuka aplikasi tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemilik rental mobil Uber, Indri, menilai polemik transportasi daring saat ini tidak lepas dari persaingan bisnis semata.

Ia mengaku sangat bersyukur bisa bergabung di Uber. Penghasilan yang ia dapatkan jauh lebih besar dibanding saat mengendarai taksi konvensional.

Bahkan, dia yang sudah 1,5 tahun bergabung di Uber sudah mampu menjadi pemilik rental mobil dengan sembilan unit mobil.

"Waktu saya pindah ke Uber karena pendapatan saya untuk mendapatkan penghasilan lebih baik, dan bener selama saya di Uber, saya bisa membeli mobil sendiri, dengan lima bulan bisa dapatkan mobil sendiri, uang DP untuk kredit," ungkapnya kepada Republika.co.id, Rabu (16/3).

Hal ini, ia katakan, sangat berbeda saat di taksi konvensional dimana potongan yang ada sangatlah besar. "Kalau mau sehat begini saja, taksi lain Express ada di Grab, Blue Bird masuk saja di Grab kalau merasa pemasukan mereka berkurang, atau mereka beri kesejahteraan yang laik dong ke sopirnya," lanjutnya.

Ia berharap, pemerintah tidak menutup usaha taksi daring karena akan mematikan pencarian orang dalam mencari nafkah.  "Kalau aplikasi ditutup, ini berarti kita jadi pengangguran nanti jadi tugas pemerintah lagi, dan tingkat kriminalitas bisa semakin tinggi," tambah dia.

Ia mengharap mampu ada 'win-win solution' agar para pengemudi taksi daring bisa bekerja tanpa rasa takut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement