Rabu 16 Mar 2016 15:00 WIB

Jelang Panen, Tengkulak Buru Gabah Petani

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Ani Nursalikah
Gabah
Foto: Antara/Asep Fagthulrahman
Gabah

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Menjelang panen musim rendeng di Kabupaten Indramayu, tengkulak sudah mulai 'turun gunung'. Mereka berburu gabah dengan mendatangi langsung areal persawahan milik petani.

''Seminggu sebelum panen, sudah banyak tengkulak yang datang kesini,'' ujar Ketua Kelompok Tani asal Desa Plosokerep, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu, Rusdani, Rabu (16/3).

Rusdani mengatakan, para tengkulak itu datang dari berbagai daerah. Mereka melakukan jemput bola dengan mendatangi langsung sawah-sawah milik petani yang akan panen.

Menurut Rusdani, banyak di antara tengkulak yang datang ke desanya itu membeli gabah petani dengan sistem tebas. Maksudnya, tengkulak menawar gabah yang belum dipanen dan langsung membayarnya sesuai kesepakatan harga dengan petaninya.

''Jadi walau belum tahu pasti jumlah gabah yang akan dipanen, tapi harganya sudah disepakati,'' ujar Rusdani.

Dengan sistem tebas itu pula, petani tak perlu mengupayakan panen atau penjemuran gabah yang dipanen. Semua hal tersebut menjadi tanggung jawab penebas (tengkulak).

Rusdani menyebutkan, harga gabah dengan sistem tebas berkisar antara Rp 18 juta - Rp 21 juta per bau (1 bau = 0,7 hektare). Harga tersebut tergantung tawar menawar petani dengan tengkulak, dan disesuaikan dengan kualitas gabah maupun perkiraan hasil panennya.

Salah seorang petani, Durnia, mengaku memilih menjual gabahnya dengan sistem tebas. Pasalnya, dia tak perlu lagi bersusah payah melakukan panen. Apalagi, saat ini hujan masih sering turun. Hal tersebut menyulitkan penjemuran gabah yang telah dipanen.

''(Dengan sistem tebas), pokoknya saya terima 'bersih','' kata Durnia.

Wakil Ketua KTNA Kabupaten Indramayu, Sutatang mengatakan areal persawahan di Kabupaten Indramayu akan masuk musim panen pada akhir Maret. Sedangkan panen raya akan berlangsung pada April-Mei. ''Panen rendeng ini memang mengalami keterlambatan karena tanamnya yang juga mundur,'' ujar Sutatang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement