REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Polda Jawa Timur, Irjen Antn Setiadji mengakui wilayah kerjanya termasuk yang rawan dimasuki kelompok radikal. Ia mencontohkan daerah seperti Batu, Lamongan, Madiun, Mojokerto, dan Magetan.
"Terus terang daerah rawan di Jawa Timur banyak sekali," ujar Anton, di Mapolda Jawa Timur, Selasa (15/3).
Anton mengungkapkan, paham radikal mudah masuk di daerah yang masyarakatnya terkucilkan. Sedangkan, modus yang digunakan pun terus mengalami perkembangan. Terdapat satu pola yang mudah diterima masyarakat yaitu dengan berkedok bakti sosial.
Untuk itu, kata Anton, pihaknya mengandalkan tiga pilar utama untuk mencegah masuknya paham radikal. Tiga pilar tersebut yaitu, Babinsa, Babinkamtibmas dan kepala desa. Melalui tiga pilar tersebut, sosialisasi anti radikalisme rutin dilaksanakan. Saat ini, lanjutnya, baru dengan ceramah di seminar merupakan cara yang digunakan untuk menangkal paham radikalisme.
Disamping itu, Anton terus memantau mantan terpidana teroris. Jenderal bintang dua itu mengaku, setiap dua bulan bertemu dengan mantan terpidana teroris terutama eks kelompok Lamongan.
"Bahkan memberikan bantuan untuk mata pencaharian," Anton menambahkan.
Mabes Polri saat ini menggecarkan sosialisasi anti radikalisme hingga di tingkat polres. Hal tersebut sebagai bentuk pencegahan munculnya aksi terorisme.