REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat terorisme Haris Abu Ulya mengatakan kasus tewasnya terduga teroris, Siyono (39 tahun) adalah hal yang sangat memprihatinkan. Bahkan jika tahu kronologinya, tidak salah jika mengatakan bahwa ini tindakan biadab.
Saat dibawa pergi oleh kepolisian, Siyono dalam keadaan hidup dan segar bugar. Namun selang beberapa jam berikutnya sudah dalam kondisi tewas. "Penjelasan Mabes Polri terkait sebab kematian Siyono karena kelelahan berkelahi dengan aparat Densus 88 adalah tidak masuk akal 100 persen. Justru penjelasan seperti itu mengindikasikan yang terjadi adalah kejahatan sistemik," ujar Haris, Ahad (13/3).
Menurut dia, sikap dan tindakan aparat di lapangan yang over acting selalu ditutupi dengan berbagai argumentasi pembenaran agar aparat Datasemen Khusus (Densus) 88 pada posisi tidak pernah salah. Haris mengatakan Kapolri harus bertanggungjawab atas peristiwa ini. Jangan hanya karena kasus ini terkait isu terorisme kemudian membuat kesan permisif bagi aparat Densus 88.
"Siapapun orangnya berhak hidup dan tidak boleh seorang pun berhak untuk menghilangkan nyawanya tanpa alasan yang benar," kata Haris.
Siyono warga Dusun Brengkungan, Desa Pogung, Kecamatan Cawas, Klaten tewas usai ditangkap Densus 88 pada Jumat (11/3) lalu. Kepolisian menyebut Siyono tewas karena berkelahi dengan Densus 88 lalu kemudian kelelahan dan akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya.
(Baca Juga: Polri Diminta Bertanggungjawab Akibat Timbulkan Ketakutan pada Anak TK)