REPUBLIKA.CO.ID,MAKASSAR -- Kepala Satuan Kerja Balai Penelitian dan Pembangunan Tradisional Wilayah Timur Indonesia Kementerian Umum dan Perumahan Rakyat, Yusniewati mengatakan telah membangun rumah anti gempa sebagai percontohan di Pulau Lakkang, Kecamatan Tallo, Makassar.
"Tujuan awalnya membangun rumah anti gempa di daerah rawan seperti Aceh. Kemudian berkembang di sejumlah daerah termasuk Kawasan Indonesia Timur," katanya dikonfirmasi Sabtu.
Rumah anti gempa tersebut dinamakan 'Risah' atau Rumah Instan Sederhana Sehat. Rumah itu pertama kali, kata dia menjelaskan,dibangun saat peristiwa Tsunami di Aceh 2004 lalu setelah dilakukan penelitian.
"Awalnya ide itu terinspirasi permainan lego. Lego adalah permainan menyusun kotak-kotak dimana sekat bangunannya tidak menempel dan diberi ruang antarbidang bertujuan meredam goncangan bila terjadi gempa agar tidak mudah runtuh," tutur dia.
Penelitian itu sebelumnya dilakukan tim Balai Penelitian dan Pembangunan Kementerian Pekerjaan Umum di Aceh dan beberapa daerah rawan gempa dan berhasil.
Struktur bangunan tersebut, lanjutnya, dibuat sesuai dengan kondisi geografis wilayah dan adat masing-masing daerah bertujuan untuk menekankan kearifan lokal daerahnya.
Ia menjelaskan struktur bangunan itu dipasangkan panel beton sebagai penyangga utama secara horizontal kemudian beton lainnya dipasang vertikal lalu siku-siku yang ada sebagai penyambung kedua beton tersebut. Sementara dinding dan atap rumah mengikuti pola daerah masing-masing.
"Rumah anti gempa ini sebagai percontohan pembangunan di Pulau Lakkang wilayah Kota Makassar. Ini merupakan uji coba karena di wilayah pulau Lakkang masuk daerah rawan gempa dan tsunami," tambahnya.
Diketahui pulau tersebut merupakan daerah perbatasan Kecamatan Tamalanrea dan Biringkanaya dikelilingi sungai dan langsung ke muara dengan jumlah penduduk sebanyak 951 jiwa masuk dalam wilayah administrasi Kota Makassar.
Akses untuk menuju Pulau Lakkang hanya bisa di lewati melalui jalur sungai dengan mengandalkan perahu barang dan penumpang sekitar 30 menit tiba di dermaga.
Sementara Lurah Lakkang, Muh Zuud Arman menyatakan rumah anti gempa itu dibangun dengan bahan yang mudah dibongkar pasang. Bangunan terdiri dari dua lantai itu membutuhkan 286 panel menghabiskan biaya Rp86 juta
Untuk dinding pada bagian rumah mengunakan bahan bambu yang sudah diawetkan diperoleh dari lingkungan sekitar sebagai bagian dari kearifan budaya lokal.
"Saat ini masih diteliti dan dilakukan penyempurnaan untuk dindingnya. Bila penelitian ini berhasil maka sejumlah pihak akan bekerja sama membangun rumah itu mengingat sebagian besar warga disini nelayan dan ada juga petani," katanya.