Sabtu 12 Mar 2016 19:04 WIB

Petrokimia Panen Benih Petro Hibrid

Panen padi
Foto: Panca/Republika
Panen padi

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- PT Petrokimia Gresik melakukan panen raya benih Petro Hibrid atau benih produksi tinggi yang merupakan hasil pengembangan penelitian perusahaan pupuk BUMN itu dengan Balai Besar Padi Sukamandi, Jawa Barat.

Direktur Utama Petrokimia Gresik Nugroho Christijanto, Sabtu mengatakan, panen raya yang dilakukan di Cilacap, Jawa Tengah ini khusus untuk menguji coba Petro Hibrid, yang merupakan benih padi unggul jenis hibrida varietas HIPA 18 yang memiliki usia panen berkisar 113 hari (kurang dari 3 bulan).

"Ini adalah uji coba untuk melihat hasil dari pengembangan benih tersebut, dan merupakan upaya PT Petrokimia Gresik berkontribusi lebih terhadap program swasembada pangan pemerintah," ucap Nugroho dalam keterangan persnya yang diterima di Surabaya.

Ia mengatakan, dengan daya tumbuh minimal 85 persen, benih ini berpotensi mendongkrak produktivitas petani pada kisaran 10,3 ton gabah kering giling (GKG) per hektar (ha).

Selain potensi tersebut, Petro Hibrid juga lebih tahan terhadap serangan wereng batang cokelat biotipe 1 (satu), dan juga tahan terhadap penyakit padi yang biasa disebut dengan blas 073 dan 173.

"Petro Hibrid ini pertama kali dikembangkan Petrokimia pada Juni 2014. Dan setelah melewati berbagai proses, pada Desember 2015 dilakukan penandatanganan perjanjian lisensi ekslusif benih padi hibrida varietas HIPA 18 antara Petrokimia dan Balai Besar Padi Sukamandi," katanya.

Selanjutnya, Petrokimia mulai melakukan penanaman dan mensosialisasikan melalui sejumlah lokasi pertanian atau demonstration plot (demplot) petani di sejumlah daerah, termasuk di Cilacap, Jawa Tengah.

Sebelumnya, uji coba juga telah digelar di Magetan pada November 2015 dengan produktivitas panen mencapai 10,6 per hektare. Selain itu juga dilakukan di sejumlah daerah seperti Pati, Madiun, Malang dan Blitar.

"Potensi panen di masing-masing daerah ini diperkirakan mencapai 10,1 - 10,5 ton per hektare, dan hasil panen yang maksimal juga dipengaruhi pola pemupukan berimbang 5:3:2 atau 500 kg pupuk Petroganik, 300 kg pupuk NPK Phonska, dan 200 kg pupuk Urea untuk setiap satu hektar sawah," katanya.

Nugroho menjelaskan, formula ini telah berulang kali terbukti mampu meningkatkan produktivitas panen 1 ton hingga 2 ton per hektare lebih tinggi.

"Selain dengan Petro Hibrid dan pemupukan berimbang, faktor lain yang mempengaruhi produktivitas tinggi adalah pemilihan lokasi yang tepat dan kemampuan petani dalam melakukan budi daya," katanya.

Ia menyebutkan, wilayah yang ditanami juga harus sesuai, dan bukan endemi wereng atau harus dekat dengan irigasi. Selain itu, petani juga harus mampu menerapkan budi daya yang baik.

"Walau pun benih ini masih pada tahap sosialisasi atau pre-marketing, Petro Hibrid merupakan bentuk dukungan Petrokimia terhadap program swasembada pangan pemerintah," katanya.

Selain benih dan pupuk, Petrokimia juga masih memiliki produk lain di sektor pangan seperti Petrochik untuk unggas, Petro Biofeed untuk ternak, Petro Fish untuk ikan, benih jagung Petro hi Corn, benih cabe Petro Chili, dan sebagainya.

"Oleh karena itu, agar swasembada pangan nasional tercapai, kami merancang berbagai program seperti sosialisasi, demplot, berpartisipasi dalam program Gerakan Peningkatan Produktivitas Pangan berbasis Korporasi (GP3K), pembinaan petani muda, pengembangan klaster agribisnis atau pertanian terpadu, dan sebagainya," ucapnya.

Nugroho menyebutkan, Petrokimia ingin terus berkembang, dan tidak hanya fokus pada pupuk, namun turut berkontribusi terhadap kemajuan sektor pertanian di Indonesia secara umum," katanya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement