Jumat 11 Mar 2016 13:54 WIB

Operasi Pasar Dinilai tak Bisa Turunkan Harga Beras

Rep: c32/ Red: Ani Nursalikah
Operasi pasar
Foto: Antara/Adiwinata Solihin
Operasi pasar

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) mengungkapkan kebutuhan beras nasional sekitar 2,44 juta ton perbulan. Meskipun masih cukup banyak namun harga beras di beberapa daerah masih tinggi.

“Sudah tentu operasi pasar beras hanya berapa puluh ribu ton juga belum tentu bisa membuat harga beras turun, itu masalahnya,” kata Ketua Umum AB2TI Dwi Andreas Santosa kepada Republika.co.id, Jumat (11/3).

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) itu menilai jika memang produksi beras 2015 mengalami surplus atau berlebih maka harga beras tidak tinggi. Misal, kata dia, jika ada tuduhan penimbunan beras maka tidak mungkin.

“Kemungkinan sangat kecil ada penimbunan karena sekarang mau musim panen raya lalu mau nimbun beras terus mau dikemanakan berasnya?” ujar Dwi.

Pada dasarnya, menurut Dwi, masih terjadi kelangkaan beras. Dia meminta pemerintah juga harus paham, sebenarnya tidak ada kesesuaian jika dikatakan ada klaim produksi beras sedang meningkat.

“Tidak ada kesesuaian, disamping itu terutama data produksi beras 2015 ini sedikit kacau,” kata Dwi. Dia menjelaskan, 2014 produksi padi turun 0,6 persen lalu impor beras dilakukan untuk menutupi kekurangan hingga 860 ribu ton menurut data resmi statistik Indonesia.

Sementara, 2015 produksi beras dinyatakan mengalami surplus 6,4 persen tetapi impornya lebih tinggi menjadi 880 ribu ton. “Itu kan yang aneh, katanya surplus tapi impor beras naik sedikit,” ungkap Dwi.

AB2TI memperkirakan produksi beras 2015 lebih rendah tapi data pemerintah ada kenaikan bahkan dinilai angka tertinggi dalam 10 tahun terakhir. “Ini ada yang tidak nyambung, lagi-lagi pendapat yang sering dikeluarkan hal itu sering kali dikaitkan dengan kartel, spekulan, mafia, dan sebagainya,” ungkap Dwi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement