Kamis 10 Mar 2016 13:24 WIB

Gontor: Ponpes Bukan Sarang Teroris

Pemimpin tertinggi Institusi al-Azhar, Kairo, Mesir, Grand Syeikh of Al Azhar Ahmed Mohammed Ahmed Eltayeb (kiri) berbincang dengan sejumlah santri saat berkunjung di Pondok Modern Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, Kamis (25/2).
Foto: Antara/Siswowidodo
Pemimpin tertinggi Institusi al-Azhar, Kairo, Mesir, Grand Syeikh of Al Azhar Ahmed Mohammed Ahmed Eltayeb (kiri) berbincang dengan sejumlah santri saat berkunjung di Pondok Modern Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, Kamis (25/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu pimpinan Pondok Pesantren Modern Darussalam, Gontor, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, KH Hasan Abdullah Sahal, menegaskan, pondok pesantren di Indonesia bukan sarang teroris. Bantahan ini merespons sejumlah tudingan, seperti diindikasikan salah satu lembaga negara.

"Pondok pesantren bukan tempat teroris. Justru umat Islam sedang diteror, termasuk pondok pesantren," ujarnya setelah bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta, Kamis (10/3).

Bahkan pihaknya tidak menginginkan pondok pesantren menjadi korban teroris. "Ada umat Islam yang meneror pondok pesantren. Tapi jangan sampai kita yang kena teror," katanya didampingi salah satu anggota Badan Wakaf Pondok Pesantren Gontor Din Syamsuddin itu.

Terkait dengan pertemuan di Kantor Wapres tersebut, Kiai Hasan mendengarkan banyak cerita dari Wapres tentang peran pondok pesantren dalam pembangunan karakter bangsa. "Bahkan beliau juga membina beberapa pondok pesantren milik Muhammadiyah dan NU (Nahdlatul Ulama). Menurut beliau, memang pondok pesantren perlu pembinaan," ujarnya.

Mengutip pernyataan Wapres, dia mengemukakan bahwa pondok pesantren harus dapat membina dan memberdayakan perekonomian umat sehingga menjadi tuan rumah perekonomian sendiri. Kiai Hasan mengemukakan, Pondok Pesantren Gontor memiliki banyak alumni, baik di dalam maupun di luar negeri.

Selain memiliki 23 unit Pondok Pesantren Cabang Gontor dengan jumlah santri mencapai 24 ribu orang putra dan putri, para alumninya juga mendirikan 380 unit pondok pesantren. "Alumni kami juga mendirikan pondok pesantren di Thailand. Di Singapura juga akan didirikan. Di Malaysia tidak dapat dilanjutkan karena suasananya berbeda dengan di Indonesia," kata Kiai Hasan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement