REPUBLIKA.CO.ID, SIGI -- Wakil Presiden Jusuf Kalla berharap ada temuan baru mengenai ilmu pengetahuan dari fenomena alam gerhana matahari total (GMT).
"Bagi generasi muda fenomena alam seperti ini rutin dan bisa timbul teori-teori baru," katanya sesuai menyaksikan GMT bersama masyarakat di Lapangan Desa Kotapulu, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Rabu (9/3).
Menurut dia, GMT merupakan fenomena alam yang bisa diprediksikan jauh hari sebelumnya. "Ini fenomena luar biasa yang jarang terjadi. Saya bersyukur tempat ini nyaman dan tidak terhalang mendung. Ilmuwan berdatangan ke sini," ujarnya didampingi Menkominfo Rudiantara dan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Andi Eka Sakya.
Oleh sebab itu pula, dia berharap fenomena itu harus disikapi secara logis. "Para ilmuwan melihatnya sebagai suatu hal yang baik," ujarnya.
Ia pun terkesan dengan fenomena GMT selama 2 menit 20 detik pada pukul 08.37 WITA itu. Dia mengenakan kacamata khusus yang disediakan pihak panitia sekaligus memantau layar monitor yang disediakan pihak BMKG agar tidak terlewatkan detik-detik krusial saat siang itu berubah menjadi gelap sebelum terang lagi.
"Bagi saya sangat indah. Bagaimana matahari yang berjarak sekitar 150 juta kilometer dari bumi dan bulan berjarak 40 juta kilometer dapat terlihat pada sisi yang pas. Ini tanda kebesaran Allah," ujarnya penuh takjub.
Wapres lalu menceritakan pengalaman atas fenomena yang sama pada 1983. "Saat itu pemerintah otoriter. Kita dilarang keluar, tidak ada yang berani melawan. Saya keluar rumah, periksa kondisi jalan, tapi tidak berani memandang langsung matahari, takut," ujarnya sambil terkekeh.
Beberapa menit sebelumnya Wapres shalat sunnah gerhana matahari (shalat Kusuf) bersama masyarakat di Lapangan Desa Kotapulu Palu.
Bertindak sebagai imam adalah Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia Masdar Farid Masudi dan khotib Prof Komaruddin Hidayat.
(baca: Langit Bandung Berawan, Gerhana Matahari Terlihat Jelas)