REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah dinilai masih ragu membangun kilang gas alam cair terapung (FLNG) untuk Blok Masela. Akibatnya, Indonesia pun kalah cepat dari Malaysia yang akhirnya lebih dulu memiliki FLNG.
"Indonesia masih berkutat tentang OLNG (pembangunan kilang gas alam cair di darat) dan FLNG (terapung). Sementara tetangga kita sudah mendapatkan transfer teknologi FLNG," kata Anggota Komisi VII DPR RI Inas Nasrullah Zubir, Selasa (8/3).
Menurut Inas, langkah yang dilakukan Malaysia, khususnya Petronas dengan membangun FLNG, dapat dijadikan referensi bagi pemerintah untuk memutuskan nasib Blok Masela. "Masih ada blok-blok gas di lepas pantai Indonesia yang seharusnya menjadi peluang Indonesia untuk membangun FLNG," katanya.
Indonesia sebenarnya sudah lama berencana membangun kilang terapung untuk pengembangan gas alam cair di Blok Masela. Namun, rencana tersebut urung terwujud karena muncul opsi untuk membangun kilang gas alam di darat (onshore).
Malaysia melalui Petronas baru saja mengumumkan kilang gas terapungnya yang diberi nama Petronas FLNG (PFLNG) SATU. PFLNG SATU memiliki panjang 360 meter (1.180 kaki) panjang dan lebar 60 meter (197 kaki). Kapal FLNGnya akan ditambatkan di lapangan gas Kanowit Malaysia, 180 kilometer (112 mil) lepas pantai Sarawak dan memiliki kapasitas untuk memproduksi 1,2 juta ton LNG per tahun (MTPA).