Selasa 08 Mar 2016 20:34 WIB

Menpar: Abadikan Peristiwa GMT Jadi Destinasi Berkelanjutan

Menteri Pariwisata RI, Arief Yahya
Foto: Dok: Puskompublik Kemenpar
Menteri Pariwisata RI, Arief Yahya

REPUBLIKA.CO.ID, BELITUNG -- Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menggelar 100 event untuk menyambut fenomena alam Gerhana Matahari Total (GMT) yang melintas 12 provinsi di Tanah Air.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengatakan, pihaknya sengaja gencar mempromosikan GMT, meski tak semua daerah siap dengan akses dan amenitasnya.

"Biar wisman datang dulu, begitu melihat atraksi dan alam yang bagus, kelak mereka akan datang lagi. Itulah mengapa kami buat 100 event di saat GMT, biar cultural-nya juga ikut menjadi daya tarik yang kuat," ujar Menpar saat menjadi keynote speaker dalam Seminar GMT di Belitung, Selasa (8/3).

Tugas selanjutnya, kata Arief, adalah mengabadikan sebuah peristiwa menjadi destinasi berkelanjutan. Disinilah pentingnya monumen yang memiliki sandaran sejarah, arkeologis, astronomi, ilmu pengetahuan, yang mengingatkan GMT 2016. Peristiwa alam yang langka dan menjadi titik balik bagi wisata "destinasi waktu."

Dalam ceramahnya berjudul "Gerhana Matahari: Monumen Destinasi Waktu" itu,  Menpar bukan lagi memperbincangkan 3A yang menjadi rumus andalannya, akses, atraksi dan amenitas, tetapi bicara soal waktu. "Ya, hanya 12 provinsi di Indonesia, hanya di tempat kita saja yang kena di daratan dan hanya 9 maret 2016 dalam 3,5 abad fenomena alam ini terjadi," papar Arief.

Menurut dia, destinasi dalam pariwisata masa kini, bukan semata-mata tempat (space, topos), yang bisa dipijak, bisa diraba dan kasat mata. Waktu atau public time, atau chronos juga sebuah destinasi. Karena itu,kata dia,ribuan wisman asal Eropa, Amerika, Jepang, dan lainnya berduyun-duyun ke 12 provinsi itu hanya mengejar momentum 2-3 menit GMT.

Mereka, lanjut dia, tidak teramat peduli lokasinya ada di mana, tempatnya bagus apa tidak, wilayahnya ada akses dan amenitas apa tidak. Rumah penduduk atau home stay pun, kata dia, jadi. Bahkan, papar Menpar, tidur di tenda juga dijalani, untuk tidak kehilangan kesempatan merasakan sensasi gerhana matahari total.

"Mereka adalah pemburu-pemburu destinasi waktu! Kita beruntung, Tuhan memberi bonus GMT di Indonesia. Even utamanya diciptakan Tuhan, kita tinggal mengemas dan mempromosikan," tutur Menpar.

Peristiwa Gerhana Matahari, kata dia, adalah sebuah tujuan ruang waktu. Terjadi pada waktu tertentu, pada tempat tertentu, dalam pencarian posisi dan hubungan kita dengan alam semesta. "Kebetulan lagi, fenomena itu melintasi Belitung, yang sedang diproyeksikan sebagai salah satu dari 10 top destinasi prioritas. Maka serba kebetulan ini harus dimaknai sebagai salah satu tanda zaman, bahwa saatnya pariwisata menjadi andalan di masa depan," papar Arief.

Dalam seminar itu, novelis Andrea Hirata lebih banyak menceritakan salah satu cara untuk mempromosikan Belitung dengan Novel dan Film Laskar Pelangi. Dia memang rela membebaskan siapa saja untuk menggunakan istilah Laskar Pelangi. "Bebas, tidak dipungut biaya royalty, bahkan kalau ada yang mau bayarpun saya tidak mau menerimanya," kata Andrea dengan topi hitamnya yang khas.

Usai berbicara dalam seminar GMT, Menpar berkeliling ke objek-objek wisata di Beltim, diantaranya Klenteng Kelapa Kampit, Klenteng Dewi Kwan Im, lalu ke Pantai Burong Mandi. Bersama Gubernur Rustam Effendi dan Bupati Beltim Yuslih Ihza Mahendra melihat potensi wisata yang bisa dikembangkan ke depan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement