REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon mengimbau warga kota untuk menggunakan kacamata saat terjadi gerhana Matahari total (GMT) pada 9 Maret 2016.
"Warga diimbau untuk menggunakn kacamata dan tidak menatap secara langsung ke atas saat GMT karena dapat mengakibatkan kerusakan pada retina mata," kata Sekretaris Kota Ambon, Anthony Gustaf Latuheru di Ambon, Senin (7/3).
Menurut dia, untuk menyaksikan GMT diperlukan kacamata khusus, bukan sekadar kacamata hitam yang biasa dipakai atau menggunakan cara tradisional. Kemampuan minimal lensa kacamata khusus itu adalah menyerap alias meredam cahaya Matahari hingga 1/100.000 kali.
"Cara tradisional yang dapat dilakukan dengan menuang air ke dalam wadah untuk melihat pantulan GMT, atau menggunakan kacamata khusus yang dapat meredam cahaya karena kita tidak bisa melihat dengan mata telajang," katanya.
Anthony mengatakan, pihaknya bersama Stasiun Geofisika BMKG Maluku akan memasang teropng untuk melakukan pengamatan secara langsung di kawasan Pattimura Park. Pemasangan teropong dilakukan untuk melakukan pengamatan dan akan dipancarkan melalui infokus agar dapat disaksikan langsung warga kota.
"Meski tidak bisa menyaksikan fenomena GMT seperti yang terjadi di 11 provinsi lainnya di Indonesia, warga Ambon akan disuguhi fenomena gerhana matahari sebagian," ujarnya.
Ia menjelaskan, pengamatan di tempat umum dilakukan untuk memaksimalkan fungsi edukasi kepada masyarakat terutama para pelajar, serta memfasilitasi keinginan masyarakat yang ingin menyaksikan fenomena yang langka ini. Waktu lintasan GMT di kota Ambon diperkirakan pada pukul 08.33 hingga 11.16 WIT yakni puncak gerhana (Bulan mulai menutupi Matahari).
GMT diperkirakan terjadi pada Rabu pagi (9/3) dan akan melintasi 11 provinsi di Indonesia, yakni Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara.