REPUBLIKA.CO.ID,
PALU -- Musik bambu dari berbagai daerah mewarnai momentum menyambut Gerhana Matahari Total (GMT) di Palu, pada Rabu (9/3).
Musik bambu tersebut dipentaskan di pusat Festival dan Promosi Potensi Daerah menyambut GMT di halaman parkir TVRI Sulawesi Tengah, Selasa. Lomba tersebut mendapat perhatian penonton dan beberapa turis mancanegara.
"Sebetulnya musik itu tidak untuk dilombakan tetapi untuk dinikmati, karena itu adalah karya. Tetapi untuk pengembangan tidak apa-apa," kata Dewan Juri Lomba Musik Bambu Festival GMT Max Baginda di Palu, Selasa sore.
Pegiat seni musik bambu dari Palu, yang sudah membawa musik bambu asal Sulawesi Tengah ke London, Inggris, itu mengatakan pentas musik bambu kali ini sudah baik. Hanya saja masih perlu pengembangan karena terdapat beberapa kekurangan.
"Saya siap kalau ada yang mau sharing untuk teknik pengembangan musik bambu ini," katanya.
Salah satu titik lemah dari pentas musik bambu yang diikuti tujuh daerah tersebut adalah hanya memainkan tiga nada. Sementara ada musik yang harus dimainkan dalam banyak nada.
Max mencontohkan, mars bambu runcing yang cukup sulit karena ada perpindahan akor dan modulasi.
Lomba musik bambu tersebut dimenangkan oleh Sanggar Seni Rino Rambe dari Morowali Utara, salah satu kabupaten baru di Sulawesi Tengah dengan nilai tertinggi 855.
Sementara juara dua diraih oleh kelompok musik bambu etnis Toraja dengan nilai 835 dan juara tiga diraih sanggar seni dari Banggai Laut.
Juara harapan I dari Kabupaten Donggala dan juara harapan II diraih oleh SMA Negeri 4 Palu.