REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Kementerian Pekerjaan Umum bakal melakukan uji beban di Jembatan Soekarno-Hatta Kota Malang, Jawa Timur, terkait kondisi jembatan yang dikabarkan melengkung seperti yang diunggah di media sosial beberapa hari lalu.
"Kami memang belum tahu uji bebannya pakai alat atau teknik apa. Yang jelas menggunakan alat berat. Pengujian ini diperlukan agar diketahui tingkat keamanan dan kekuatan struktur jembatan rangka baja yang dibangun pada 1988 tersebut," kata Kasi Jembatan UPT Bina Marga Pemprov Jatim Cholilah di Malang, Senin.
Pengujian beban jembatan tersebut tidak hanya melibatkan Kementerian Pekerjaan Umum (KemenPU), tetapi juga melibatkan Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) Bandung. Uji beban jembatan akan dilakukan hari ini, Selasa (8/3).
Selama dilakukan pengujian beban dan uji buhul (simpul) besi, jembatan yang menghubungkan Jalan Soekarno-Hatta dengan Jalan Mayjen Panjaitan dan Mayjen Haryono Kota Malang itu akan ditutup sementara dan jembatan sisi satunya (barat) dari MT Haryono menuju Soekarno-Hatta dijadikan dua lajur.
Sebagai persiapan awal, beberapa pekerja dari UPT PU Bina Marga Pemprov Jatim melakukan pengencangan baut di sekitar jembatan.
"Kalau secara aturan kendaraan tidak boleh berhenti di atas jembatan," kata Cholila.
Sementara Sekertaris Daerah (Sekda) Kota Malang Cipto Wiyono menyerahkan masalah jembatan Soekarno Hatta tersebut kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
"Kalau Pemprov bilang masih layak atau sebaliknya, ya kita berpedoman pada keputusan itu, namun kami juga akan membahas masalah itu dengan pak wali, nanti bagaimana rumusan kebijakannya, itu ranahnya wali kota," ujarnya.
Beberapa hari lalu, di media sosial muncul foto Jembatan Soekarno Hatta dengan berbagai posisi, baik melengkung, berbelok-belok hingga patah.
Beberapa waktu lalu, Pemkot Malang bersama tim dari Universitas Brawijaya (UB) Malang juga melakukan kajian terkait kondisi jembatan tersebut, dan hasilnya, jembatan itu mengalami lendutan, sehingga dilakukan rekayasa arus lalu lintas di kawasan itu, termasuk munculnya gagasan jalur satu arah yang akhirnya dibatalkan.