Senin 07 Mar 2016 21:24 WIB

Ada 59 Titik Api Baru, Mendagri: Jangan Tunggu Pusat!

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Achmad Syalaby
  Asap yang disebabkan titik api terlihat di sebuah lahan kawasan Riau, Rabu (17/9).  (Antara/Wahyu Putro)
Asap yang disebabkan titik api terlihat di sebuah lahan kawasan Riau, Rabu (17/9). (Antara/Wahyu Putro)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA—Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo menginstruksikan pemerintahan daerah sigap dan turun langsung untuk mengantisipasi titik api (hotspot) yang muncul kembali di wilayahnya. Menurut Tjahjo, pemda harus bekerja cepat jangan sampai titik api tersebut menyebabkan kebakaran besar seperti yang terjadi pada 2015 lalu.

“Sepercik api yang ada, daerah harus turun, jangan menunggu bantuan pusat,” kata Tjahjo di Jakarta, Senin (7/3).

Menurut dia, Pemerintah pusat sudah melakukan rapat koordinasi terkait munculnya kembali titik api di sejumlah wilayah. Diketahui, berdasarkan pantauan satelit Modis dengan sensor Terra dan Aqua seperti yang dirilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ditemukan 59 hotspot dari kebakaran hutan dan lahan.

Tjahjo menekankan, selain pemerintah daerah, segala fungsi terpadu sebagaimana diperuntukan jika terdapat bencana, pun harus turun. “Jangan menunggu pusat turun, harus ditangani dengan baik semuanya, baik kepolisian, TNI, Dinsos, atau dinkes,” ujarnya.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, 59 titik api tersebar di beberapa wilayah diantaranya di Riau dengan 45 titik api, tiga di Aceh, satu di Bengkulu, tiga di Sumatera Barat, satu di Sumatera Selatan, dan enam di Sumatera Utara per Jumat (4/3) lalu. 

Sebelumnya, pada Kamis (3/3) sebanyak 52 titik api juga meningkat di Riau lantaran cuaca yang makin kering, yakni Bengkalis 37 titik, 21 di Meranti, Dumai 5 titik, Pelalawan 2 titik, Siak 14 titik, Indragiri Hulu satu, indragiri hilir satu titik.

“Daerah yang terbakar adalah kebun masyarakat, semak belukar dan konsesi milik perusahaan, lokasinya juga di daerah langganan yang hampir setiap tahun berulang,” ujar Sutopo.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement