Senin 07 Mar 2016 19:41 WIB

Menyeimbangkan Revolusi Digital dan Logistik

Petugas memeriksa paket yang dikirim di kantor pusat JNE, Tomang, Jakarta Barat, Senin (21/3).
Foto: Antara
Petugas memeriksa paket yang dikirim di kantor pusat JNE, Tomang, Jakarta Barat, Senin (21/3).

Oleh: Dwi Murdaningsih, Wartawan Republika

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kabar-kabar mengenai pemutusan hubungan kerja (PHK) tidak meresahkan hati Kikin (28 tahun). Pemilik nama lengkap Reny Galih Kinasthi ini memang bukan pekerja kantoran. Selain sebagai ibu rumah tangga, sehari-hari dia menyibukkan diri dengan berkreasi dan kemudian menjualnya secara online.

Produk yang dibuatnya adalah bouquet, bunga cantik yang biasa menjadi pelengkap saat resepsi pernikahan. Mengaku masih pemula, Kikin mengawali usahanya pada 2012. Meskipun begitu, ibu dua balita ini merasa beruntung karena hidup pada zaman di mana semua orang melek teknologi dan sosial media. 

Perempuan yang memulai usahanya usai menikah ini memang sudah bersiap untuk tidak lagi menjadi pekerja kantoran ketika sudah berumah tangga. Sebagaimana pengantin baru pada umumnya, berbagi foto melalui sosial media pun dilakukan oleh Kikin. 

Akan tetapi, bukan foto pernikahannya saja yang ia unggah ke Facebook, dia juga menggunggah foto bouquet pengantin yang dibuatnya sendiri. Rupanya, gambar-gambar bouquet tersebut mengundang minat kawan-kawannya. 

"Awalnya iseng posting bouquet ke Facebook dan blog, terus banyak yang tertarik," kata Kikin saat berbincang dengan Republika.co.id di Jakarta, baru-baru ini.

Tak disangka, niat awal hanya iseng tersebut berhasil menarik satu-dua pesanan. Dia pun lalu memberanikan diri untuk membuat bouquet untuk orang lain yang ketika itu dijual seharga Rp 120 ribu.

Seperti membuat produk kreatif yang terus menerus perlu dilatih, perempuan kelahiran 1988 ini pun terus melatih, sehingga pesanannya semakin bertambah dan dia berani menaikkan harga jual. Pengiriman juga terus meningkat. Terjauh dia sudah mengirm pesanan hingga ke Malaysia. 

Sosial media menjadi satu tempat promosi gratis bagi Kikin. Meskipun merasa follower-nya tidak banyak, melalui akun Instagram @hana_nahlabouquoet Kikin bisa membuat rata-rata lima bouquet dengan harga rata-rata 400 ribu setiap bulan. Dari jumlah itu, kebanyakan dipakai untuk keperluan pernikahan.

Hanya saja, kesibukan mengurus dua anak yang dilakoninya saat ini membuat waktu untuk membuat bouquet semakin sempit. Meskipun begitu, Kikin tetap berusaha memuaskan pelanggannya dengan menjaga kualitas produk dan ketepatan waktu pengiriman. "Karena kebanyakan untuk acara pernikahan, pengiriman nggak boleh telat," kata dia.

Sadar betul produknya akan menjadi bagian dari sebuah peristiwa penting, Kikin selektif memilih ekspedisi yang akan mengantarkan pesanan barangnya. Kikin memilih ekspedisi yang beroperasi 24 jam, sehingga kapan pun barang itu jadi, bisa langsung dikirim. Kalaupun ada barang yang dikembalikan dari konsumen (return) juga bisa segera diselesaikan. Masalah pengemasan juga menjadi hal yang penting sebab bunga bouquet harus tetap tampak sempurna saat sampai di tangan konsumen. 

 

Kecepatan pengiriman

Pengamat ekonomi Eko Listyanto mengataan, UMKM kini semakin banyak berkembang berkat layanan e-commerce. Media sosial dan aplikasi digital semakin marak dan mempermudah pelaku usaha, termasuk ibu rumah tangga untuk mecari pasar. "Orang-orang sudah mulai bisa memanfaatkan teknologi digital menjadi sebuah peluang," kata dia saat dihubungi.

Akan tetapi, dia mengingatkan, yang masih menjadi pekerjaan rumah saat ini adalah dari sisi logistik. Revolusi industri digital harus segera diikuti kemajuan dari sisi logistik. Sebab kunci sukses bisnis e-commerce bukan hanya mengedepankan kecepatan pembayaran, namun juga waktu pengiriman barang. "Kecepatan layanan bagian dari kompetensi untuk mendukung e-commerce," katanya.

Menurut dia, pelaku bisnis ekspedisi harus menambah investasi, sehingga meningkatkan kualitas layanan. Selain itu, pemerintah juga wajib berperan menyediakan berbagai fasilitas, seperti pelabuhan atau infrastruktur yang mendukung agar biaya logistik di Indonesia semakin kompetitif. Apalagi mengingat pasar Indonesia, baik dari sisi jumlah penduduk maupun sebaran wilayah, begitu besar.

Presiden Direktur JNE Mohamad Feriadi menjelaskan, untuk mendukung perkembangan wirausahawan dan bisnis online, perusahaannya berkomitmen untuk menambah investasi pada tahun ini. Pada 2016, JNE akan menambah investasi sebesar Rp 400 miliar untuk pengembangan infrastruktur dan Rp 55 miliar untuk bidang teknologi. 

Fokus pengembangan perusahaan di bidang teknologi, antara lain diterjemahkan melalui penciptaan produk layanan melalui paket ‘7 magnificent’. JNE juga mengembangkan MyJNE, PopBox, layanan JNE Super Speed dan JNE Trucking. Selain itu, JNE mengembangkan dan memaksimalkan produk layanan JNE International Shipment.  

"Pada tahun ini kemitraan dengan partner strategis internasional kami perluas, sehingga semakin memudahkan pelanggan dalam melakukan pengiriman paket ke negara-negara di semua benua," kata dia.

Ia menjelaskan, PopBox merupakan layanan yang menyasar pengguna bermobilitas tinggi, yaitu dengan menempatkan paket pada loker otomatis yang mudah dan aman. Pada tahap awal, fasilitas JNE-PopBox disediakan khusus bagi pemilik kartu JLC (JNE Loyalty Card). 

Dengan fasilitas ini, kata dia, penerima dapat meminta shipper mengirimkan paket ke alamat tujuan loker JNE-PopBox, sehingga dapat melakukan pengambilan paket di loker-loker yang  terdapat di beberapa lokasi sesuai dengan keinginannya. Saat ini, PopBox telah tersebar di 32 titik di Jakarta, yaitu di beberapa mal terkemuka, kampus universitas, mini market, stasiun kereta api, apartemen, dan lokasi-lokasi lainnya. 

Sementara untuk memudahkan jangkauan konsumen, ujar Feriadi, JNE juga mengembangkan aplikasi MyJNE. Ini merupakan aplikasi berbasis Android yang terhubung dengan nomor telepon pelanggan JNE Express, baik sebagai pengirim maupun penerima. Melalui aplikasi ini pengguna dapat mengecek tarif pengiriman JNE di seluruh Indonesia, memonitor status pengiriman, mengecek lokasi JNE terdekat, serta melakukan transaksi jual-beli antara penjual dan pembeli individual.  

Di aplikasi terbaru ini, disediakan juga menu My COD yang memungkinkan para individual seller menghubungkan data pesanan toko online dengan sistem perusahaan. JNE ingin fitur mobile yang diperbarui ini bisa memberikan pengalaman yang lebih baik kepada pelanggan. "Kita ingin memberikan solusi paling baik jadi apapun aktivitas kita, dengan memanfaatkan fitur-fitur ini kita bisa lebih men-support kehidupan sehari-hari," kata Feriadi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement