Senin 07 Mar 2016 16:55 WIB

Hama Blas Turunkan Produktivitas Padi

Rep: Lilis Handayani/ Red: Winda Destiana Putri
Petani menyemprotkan pestisida anti hama
Foto: Anis Efizudin/Antara
Petani menyemprotkan pestisida anti hama

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Menjelang panen, para petani di Desa Plosokerep, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu dihantui dengan serangan hama blas (busuk leher) pada tanaman padi. Hama itu membuat produktivitas padi menjadi menurun.

''Hampir seluruh sawah di sini yang jenisnya IR terkena serangan hama blas,'' ujar Ketua Kelompok Tani Desa Plosokerep, Rusdani kepada Republika, Senin (7/3).

Rusdani menyebutkan, lahan sawah yang terserang hama blas tersebut mencapai puluhan hektare. Hama blas menyerang secara spot-spot di lahan tersebut.

Rusdani mengatakan, serangan hama blas menyebar dengan cepat ke lahan lainnya. Hal tersebut dipicu kondisi hujan yang terus menerus mengguyur daerah itu.

''Sangat mengkhawatirkan. Soalnya tanaman padi sudah menguning, semingguan lagi mau panen,'' tutur Rusdani.

Menurut Rusdani, tanaman padi yang terserang hama blas otomatis akan menurun produktivitasnya. Pasalnya, hama blas akan membuat bulir padi menjadi tak terisi.

Dalam kondisi normal, produktivitas padi di daerah itu bisa mencapai enam ton per hektare. Namun akibat serangan hama blas, hasil panen berkurang sekitar lima kuintal per hektare.

Hama blas sebenarnya bisa diatasi dengan penyemprotan menggunakan obat antihama. Namun, para petani yang lahannya terkena hama blas tak bisa melakukan penyemprotan karena hujan turun hampir setiap hari.

Untuk mencegah serangan hama blas, Rusdani berharap para petani di daerahnya bisa beralih ke tanaman padi jenis kebo. Pasalnya, padi tersebut terbukti tahan dari serangan hama.

Selain serangan hama, para petani di Kabupaten Indramayu juga dihadapkan pada banjir yang merendam tanaman padi milik mereka. Akibatnya, mereka harus melakukan tanam ulang.

Wakil ketua KTNA Kabupaten Indramayu, Sutatang menjelaskan, sedikitnya ada 4.000 hektare tanaman padi di Kabupaten Indramayu yang harus tanam ulang akibat banjir. Lahan itu tersebar di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Cantigi, Losarang dan Kandanghaur.

''Tanaman padi di tiga kecamatan itu tak bisa diselamatkan karena terendam banjir berhari-hari,'' terang Sutatang.

Akibat tanam ulang, para petani mengalami kerugian. Untuk satu hektare tanaman padi yang berusia satu bulan, kerugian yang dialami petani sekitar Rp 2 juta - Rp 2,5 juta per hektare. Selain untuk pengolahan tanah, modal pun telah digunakan untuk pemupukan pertama.

Tanam ulang itu seperti yang sedang dilakukan seorang petani asal Desa Karanganyar, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Sukirno. Tanaman padinya yang berusia satu bulan, mati membusuk akibat terendam banjir.

''Ini sekarang sedang tanam lagi,'' keluh Sukirno.

Saat tanam pertama, Sukirno mengaku sudah merogoh kocek Rp 2 juta per hektare. Namun banjir yang merendam lahannya, membuat modal yang telah dikeluarkan menjadi hilang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement