Senin 07 Mar 2016 16:25 WIB

Jumlah Petani di Bandung Semakin Berkurang

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Winda Destiana Putri
Petani
Foto: Tahta/Republika
Petani

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Jumlah petani di Kabupaten Bandung saat ini kian menurun jika dibandingkan dengan kondisi lebih dari 10 tahun yang lalu.

Tak hanya itu, jumlah petani tersebut juga lebih didominasi oleh kalangan lanjut usia (lansia) ketimbang usia muda.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bandung Basworo Wahyu Utomo menjelaskan, berdasarkan sensus pertanian pada 2013 yang diadakan 10 tahun sekali, jumlah petani di Kabupaten Bandung menurun 24 persen dari 2003 yang lalu.

"Memang trennya ini mengalami penurunan," tutur dia, Senin (7/3).

Basworo menambahkan, pada 2003 lalu, jumlah petani secara keseluruhan mencapai 18.728 orang. Lalu pada 2013, menjadi 141.833. Petani terbanyak pada 2003 ada di kecamatan Pangalengan dan Pacet dengan masing-masing sebanyak 12309 dan 13019.

Pada 2013 lalu, jumlah petani di Pangalengan meningkat 3,5 persen menjadi 12.740. Sedangkan di Pacet, jumlahnya menurun 17 persen menjadi 10.695 orang. Di dua kecamatan ini, memang banyak lahan-lahan yang ditanami aneka sayuran seperti kentang dan wortel. 

Selain itu, Basworo juga mengungkapkan total petani gurem atau petani kecil di Kabupaten Bandung. Kata dia, dari sensus tersebut, ada penurunan jumlah petani gurem sebesar 27 persen dari 2003 yang lalu.

Pada 17 tahun yang lalu, petani gurem berjumlah 156.889 orang. Sedangkan pada 2013, tinggal 114.213 orang. "Paling banyak petani gurem ini ada di Pacet, semuanya ada 11.435 dan sekarang hanya 9.300 orang," ujar dia.

Tak hanya itu, jumlah petani pengguna lahan atau petani penggarap pun ikut menurun. Total petani penggarap pada 2003 sebanyak 178.056 orang lalu menurun pada 2013 menjadi 141.747. Petani penggarap ini paling banyak berada di Kecamatan Pacet. Awalnya di sana ada 12.650 orang kini pada 2013 menurun menjadi 10.689 orang. 

Namun, jumlah petani ini diakui Basworo masih didominasi oleh kalangan di atas usia 35 tahun. Jumlah petani di usia tersebut melebihi 30 ribu orang.

Rinciannya, petani di usia 45 sampai 54 tahun berjumlah 37.372 orang, usia 35 sampai 44 tahun berjumlah 31.423 orang dan usia 55 sampai 64 tahun berjumlah 32.978 orang. Parahnya, jumlah petani muda di Kabupaten Bandung, usia 15 sampai 24 tahun itu hanya 1.295 orang. Sedangkan petani muda usia 25 sampai 34 tahun cuma 14.616 orang.

Ketua KTNA Kabupaten Bandung Nono Sambas mengamini kondisi berkurangnya jumlah petani di Kabupaten Bandung dari tahun ke tahun. Menurut dia, itu disebabkan karena sektor pertanian saat ini sudah tidak menguntungkan dan bahkan malah menyengsarakan petani.

Akibatnya, banyak yang lebih memilih menjual lahannya. "Karena sudah tidak mendapat keuntungan, pada akhirnya banyak yang menjual lahannya," ujar dia.

Apalagi, kesulitan di sektor pertanian paling dirasakan oleh buruh tani. Kebanyakan buruh tani hanya memiliki pendapatan yang tidak seberapa. Rata-rata, kata Nono, per hari dari jam 7 pagi sampai jam 12 siang dibayar dengan upah di kisaran Rp 25 ribu sampai Rp 35 ribu.

Dalam kondisi demikian, lanjut Nono, jelas saja banyak anak muda yang tidak ingin menjadi petani ataupun bergelut di sektor pertanian. Di samping tidak keren, pendapatan yang dihasilkan pun tidak menjanjikan.

Karena itu, menurut Nono, pemerintah harus memberikan kepastian harga pada hasil produksi petani. Subsidi pemerintah perlu dikhususkan pada hasil produksi tersebut.

"Jadi subsidinya ke hasil produksinya, pemerintah beli ke petani dengan harga yang menguntungkan petani, lalu jual ke masyarakat dengan harga yang murah," jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement