Sabtu 05 Mar 2016 17:00 WIB

Seluruh Karcis Pentas ‘Semar Gugat’ Teater Koma Ludes Terjual

Tokoh Semar yang diperankan oleh Budi Ros dan Sutiragen yang diperankan oleh Rita Matu Mona beraksi di panggung Gedung Kesenian Jakarta, Jakarta Pusat, Kamis (3/3). Pementasan Teater Koma yang membawakan naskah Semar Gugat karya N.Riantiarno berlangsung 3
Foto: ANTARA FOTO/Fauziyyah Sitanova
Tokoh Semar yang diperankan oleh Budi Ros dan Sutiragen yang diperankan oleh Rita Matu Mona beraksi di panggung Gedung Kesenian Jakarta, Jakarta Pusat, Kamis (3/3). Pementasan Teater Koma yang membawakan naskah Semar Gugat karya N.Riantiarno berlangsung 3

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Bila ada yang ingin menyaksikan pementasan Tetater Koma bertajuk  'Semar Gugat’ harus bersiap-siap kecewa. Pasalnya, seluruh karcis pementasan yang di gelar di Gedung Kesenian Jakarta mulai tanggal 3-10 Maret 2016 telah habis terjual.

‘’Karcis sudah habis. Yang ada tinggal karcis untuk ‘kursi cadangan’. Jadi mohon maaf sekali,’’ kata pengasuh Teater Koma, Ratna Riantiarno, di Jakarta.

Ratna mengatakan, biasanya karcis di luar hari Sabtu dan Minggu masih bisa didapatkan. Namun, kali ini hal itu tidak terjadi.’’Sudah ludes semenjak awal pertunjukan,’’ ujarnya.

Mengapa bisa demikian? Ratna menegaskan, hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan Teater Koma mendapatkan sewa gedung pertunjukan yang punya tempat duduk yang besar. Bahkan, durasi pementasan Teater Koma yang biasa bisa mencapai sampai dua pekan, kini hanya bisa sepekan saja.

‘’Tampil yang biasa kami pentas, yakni Gedung Graha Bakti Budaya Taman Ismail Marzuki kini jadwal sewanya sangat padat. Kami pun tak bisa menyewanya. Idealnya memang di sana karena kapasitas Gedung Dewan Kesenian Jakarta (GKJ) cukup kecil,’’ kata Ratna.

Sementara itu, Pimpinan Teater Koma Nano Riantiarno mengatakan mencari gedung represntatif untuk pertunjukan Teater Koma memang sudah. Untuk mencari jadwal pentas Sabtu Minggu misalnya susah bukan kepalang.

‘’Memang seharusnya kali ini kami pentas di GBB selama dua minggu tetapi akhirnya dikasih GKJ cuma tujuh hari plus tiga hari untuk persiapan," jelas Nano.

Nano mengatakan meski zaman sudah berganti, namun uruan mengurus pentas pertunjukan harus melalui prosuder yang ribet.

"Kami harus urus segala macam-macam sendiri, tiket harus buat sendiri, kalau dulu masih diurus sama TIM misalnya. Segala perizinan dan macam-macam lainnya juga harus urus sendiri. Untuk daftar saja susahnya luar biasa dan itu kami bayar loh, kami kontribusi. Unit Pelaksana hanya menerima kontribusi saja. Ahok harus lihat lagi ini, di sana harus ada yang menangani, siapa yang menangani," tutur Nano.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement