REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Data dan Informasi serta Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, satelit modis dengan sensor terra aqua kembali mendeteksi adanya kebakaran hutan dan lahan di Sumatra.
"Sebanyak 59 titik panas (hotspot) terpantau di Sumatra, yaitu di Riau 45 hotspot, Aceh tiga, Bengkulu satu, Sumatera Barat tiga, Sumatera Selatan satu, dan Sumatera Utara enam pada Jumat," kata Sutopo lewat keterangan tertulisnya, Jumat (4/3).
Lokasi kebakaran hutan dan lahan, lanjut dia, sesungguhnya di daerah langganan yang hampir setiap tahun berulang. Pada Kamis (3/3), kemarin, di Riau juga terdeteksi 52 hotspot kebakaran hutan dan lahan.
Daerah yang terbakar adalah kebun masyarakat, semak belukar, dan konsesi milik perusahaan. Sutopo mengatakan, upaya pemadaman dilakukan oleh tim gabungan dari BPBD, TNI, Polri, Manggala Agni, Masyarakat Peduli Api, dan perusahaan yang kebunnya terbakar.
Bupati Bengkalis dan Meranti, kata dia, telah menetapkan status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan di wilayahnya sehingga akan lebih mudah dalam melakukan koordinasi dengan berbagai pihak.
Menurut Sutopo, BPBD Bengkalis telah memadamkan 10 lokasi karhutla di Kecamatan Bukit Batu, Siak, Rupat, dan Pinggir. Kebakaran di Meranti terdapat di Desa Mekarsari, Kecamatan Merbau seluas 45 hektar berupa kebun karet masyarakat dan belukar. Hingga saat ini masih terbakar dan asap cukup tebal.
Kebakaran juga melanda di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil di Desa Bukit Kerikil, Kecamatan Bukit Batu Tikor, Kabupaten Siak seluas 50 hektar. Api berasal dari luar kawasan hutan. Manggala Agni dibantu BPBD, TNI, Polri terus memadamkan api. Karhutla di Kota Dumai mencapai 50 hektar. Penyebab karhutla adalah dibakar untuk pembukaan lahan.