Kamis 03 Mar 2016 15:37 WIB

LIPI Kembangkan 3 Inovasi Plastik Ramah Lingkungan

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Yudha Manggala P Putra
Kantong plastik.
Foto: Flickr.com
Kantong plastik.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menemukan setidaknya tiga inovasi untuk meminimalisir permasalahan lingkungan akibat sampah plastik. Ketiganya adalah plasticizer dari turunan minyak sawit, bioplastik, dan mobile insenerator.

Kepala Pusat Penelitian Kimia LIPI, Agus Haryono mengatakan plastik terbuat dari minyak bumi melalui proses polimerisasi dimana ikatan kimia pada polimer terebut sangat kuat dan sulit diputuskan. Proses penguraian sampah plastik membutuhkan waktu puluhan hingga ratusan tahun.

Penguraian itu semakin sulit karena penambahan bahan-bahan kimia, seperti pelentur (plasticizer), antioksidan, stabilizer, dan kandungan aditif lainnya.

"Salah satu inovasi teknologi LIPI menemukan plasticizer turunan minyak sawit yang sifatnya lebih aman untuk plastik," kata Agus kepada Republika, Kamis (3/3).

Plastcizer adalah bahan kimia yang ditambahkan ke dalam formulasi plastik untuk menambah sifat kelenturan plastik, terutama jenis plastk polivinil klorida (PVC).

Beberapa jenis plasticizer yang umum digunakan saat ini adalah turunan phthalate yang bisa menyebabkan gangguan reproduksi dan hormonal pada kesehatan manusia. Penggunaannya sudah dilarang di banyak negara, terutama Uni Eropa.

Inovasi LIPI lainnya adalah bioplastik berbahan dasar tapioka, selulosa dan poliasam laktat. Bioplastik ini bisa menjadi alternatif pengganti plastik konvensional sebab sifatnya mudah terurai secara sempurna oleh mikroba dalam tanah atau air.

Teknologi ketiga adalah mobile insenerator. Agus menjelaskan sifat limbah plastik yang ringan namun volumenya tinggi sehingga tidak ekonomis jika diolah secara terpusat. Jika limbah dibakar di lingkungan terbuka, itu juga berbahaya karena menimbulkan gas dioksin dan furan yang memicu kanker.

Mobile insenerator adalah alat pengolah limbah, termasuk limbah plastik yang bisa berpindah-pindah tempat sesuai dengan kebutuhan. Pengolahan limbah plastik dengan menggunakan mobile insenerator dapat membantu untuk mengatasi permasalahan limbah plastik yang dikumpulkan pada beberapa tempat. Insenerator ini dapat mengolah sampah plastik tanpa perlu khawatir timbulnya gas dioksin yang berbahaya.

Kepala Bagian Humas LIPI, Isrard M menambahkan konsumsi plastik di Indonesia per kapita sudah mencapai 17 kilogram (kg) per tahun dengan pertumbuhan konsumsi 6-7 persen per tahun. Indonesia bahkan sudah menjadi negara terbesar kedua di dunia yang membuang sampah plastiknya ke laut.

"Sampah plastik ini dapat berubah menjadi mikroplastik yang terapung di lautan dengan ukuran lebih kecil dari satu mikron. Bahan ini jelas berbahaya jika sampai masuk ke rantai makanan melalui ikan, biota laut, dan berakhir di tubuh manusia," katanya.

Plastik banyak membuat kehidupan manusia lebih praktis sebab sifatnya yang ringan, awet, dan murah dibandingkan kayu, kertas, dan bahan logam. Namun demikian, kata Isrard, penggunaan plastik berlebihan untuk kemasan pangan, peralatan rumah tangga, hingga mainan anak-anak bisa merugikan kesehatan dan kelestarian lingkungan hidup.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement