REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyuarakan harapan bahwa inisiatif Prancis untuk mengadakan konferensi perdamaian internasional Timur Tengah dapat memberikan solusi seperti pembicaraan kesepakatan nuklir Iran.
Abbas berharap, usulan Prancis akan memungkinkan terciptanya mekanisme untuk solusi politik seperti yang terjadi antara Eropa, Amerika Serikat (AS), dan Iran. Pembicaraan damai Israel-Palestina gagal pada April 2014. Sejak saat itu, situasi telah memburuk dan prospek dialog lebih jauh dari sebelumnya.
Pada Januari 2016, Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius mengumumkan rencana negaranya untuk menghidupkan kembali rencana konferensi internasional. Ini untuk membawa solusi dua negara untuk mengakhiri konflik Israel-Palestina.
‘’Untuk menghidupkan proses perdamaian yang hampir gagal, Prancis akan secara sepihak mengakui Palestina sebagai sebuah negara,’’ kata Fabius pada Januari, seperti dikutip dari laman Al Arabiya, Rabu (2/3).
Gelombang kekerasan di Israel dan wilayah Palestina sejak Oktober 2015 telah menewaskan 178 warga Palestina, 28 warga Israel, seorang Amerika, seorang warga Sudan, dan Eritrea.
Tahun lalu, Iran mencapai kesepakatan bersejarah dengan kekuatan dunia, yang setuju untuk memberikan imbalan kepada Teheran karena bersedia membatasi program atomnya. Pembicaraan mencapai kesepakatan setelah 21 bulan perundingan berlarut-larut.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menolak usulan Prancis dan menggambarkannya sebagai langkah kontraproduktif.