Selasa 01 Mar 2016 17:00 WIB

Terserang Hama, Hasil Panen Turun Dratis

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Winda Destiana Putri
Petani menyemprotkan pestisida anti hama
Foto: Anis Efizudin/Antara
Petani menyemprotkan pestisida anti hama

REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Hasil panen petani Banyumas dan Cilacap pada musim rendeng tahun 2016 ini, diperkirakan tidak akan maksimal.

Serangan hama wereng, blas dan angin yang merobohkan petani, membuat hasil panen turun drastis. Bahkan banyak petani yang melakukan panen dini, agar bisa tetap mendapatkan  sedikit hasil panen.

Di Desa Mrenek Kecamatan Maos Kecamatan Cilacap yang pada Senin (1/3) dilakukan panen raya oleh Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, hasil panen petani tidak seperti yang diharapkan. Padi jenis Ciherang yang ditanam petani, hanya bisa menghasilkan hasil panen rata-rata 3,5 ton per bau.

''Padinya terserang hama jamur blas,'' kata Rojikin (53), petani Desa Mrenek, Selasa (2/3).

Menurutnya, bila tidak terserang hama, maka tanaman padi Ciherang mestinya bisa menghasilkan hasil panen sebanyak 5-6 ton per bau (0,8 hektar).

''Jadi sekarang ini hanya dapat hasil panen separuhnya,'' tambahnya.

Hama blas pada tanaman padi merupakan penyakit patah batang malai padi akibat cendawan atau jamur di batang malai tersebut.

Batang malai padi yang patah, menyebabkan bulir gabah tidak terisi beras dengan sempurna. Hanya bagian pucuk malai gabah yang isi beras, sedangkan bagian pangkal malai tidak terisi.

Menurut Rojikin, hama blas ini menyerang hampir semua tanaman padi yang saat ini masih belum panen. ''Kalau yang sudah panen, masih bisa mendapat hasil lebih baik karena hama blas mulai menyerang tanaman padi sejak dua pekan terakhir,'' katanya.

Selain hama blas, hama wereng coklat juga mengganas di banyak lahan petani. Serangan hama wereng ini menyebabkan tanaman padi meranggas, kemudian mati.

''Musim tanam sekarang, sepertinya banyak sekali cobaannya bagi petani. Selain diserang hama blas dan wereng, masih ada angin kencang yang menyebabkan padi yang sudah berbuah menjadi roboh,'' tambahnya.

Kombinasi serangan hama dan angin kencang tersebut, menyebabkan banyak petani melakukan panen dini. Di Desa Pegalongan Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas, beberapa petani terpaksa melakukan panen dini tanamannya karena tanaman padinya yang sudah berbuah roboh terkena angin kencang dan juga terserang hama. Tanaman padi yang seharusnya dipanen 10 hari lagi, dipanen lebih awal.

''Kalau sudah roboh seperti ini, padi yang sudah mengeluarkan malai sudah tidak mungkin lagi mengisi bulir gabahnya. Malah kalau dibiarkan, akan semakin banyak gabah yang rontok,'' jelas Lasmidi (48), petani yang juga menjabat sebagai Plt Sekretaris Desa setempat.

Dia menyebutkan, dengan memanen dini tanaman padi yang dia tanam dengan metode Hazton tidak bisa menghasilkan gabah dengan maksimal. Dari hasil panennya, dia hanya bisa mendapatkan 3 ton per bau.

''Padahal kalau tidak terkena hama dan roboh oleh angin, saya yakin padi jenis Logawa yang saya tanam dengan metode Hazton ini bisa menghasilka 8-9 ton per bau,'' katanya.

Ketua Kelompok Tani Marga Jaya Desa Pegalongan, Tamba, menyebutkan hampir semua tanaman padi di desanya yang mencapai sekitar 120 hektar diserang hama wereng coklat, blas dan roboh akibat angin kencang. Termasuk juga tanaman padi seluas 10 hektar yang dijadikan demplot sawah dengan metode Hazton.

Menurutnya, untuk petani yang tanaman padinya tidak roboh akibat angin, terpaksa lebih banyak mengeluarkan uang untuk membeli insektisida wereng dan fungisida untuk mengatasi hama blas.

''Paling tidak kami harus menyemprot obat anti hama 5-6 hari sekali, agar tanaman bisa kami selamatkan dari hama,'' jelasnya.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement