Selasa 01 Mar 2016 16:17 WIB

Sektor Perhotelan di Garut tak Terdampak Persaingan MEA

Rep: Fuji E Permana/ Red: Winda Destiana Putri
Garut
Foto: Republika/Suherdi Riki
Garut

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Sektor jasa pariwisata khususnya bidang perhotelan dan restoran di Kabupaten Garut sejauh ini tidak merasakan dampak persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

Hal ini disebabkan oleh sistem pengupahan yang diberlakukan pemerintah. Selain itu, sebagian besar hotel dan restoran yang ada di Garut merupakan bisnis milik perorangan.

Humas Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Garut, Janur M Bagus mengatakan, perhotelan dan restoran di Garut menggunakan sistem upah minimum (UMR) regional. Pengupahan mengacu kepada UMR Kabupaten Garut yang nilainya sekitar Rp 1,4 juta. Menurutnya, tenaga asing mungkin akan berpikir dua kali dengan upah sebesar itu.

"Begitu juga perusahaan yang bersifat bisnis perorangan pun akan berpikir ulang apakah mereka memerlukan tenaga asing atau tidak," kata Janur kepada Republika, Selasa (1/3).

Sehingga, dikatakan Janur, persaingan MEA yang membuat para pekerja dari kawasan Asean berdatangan ke Indonesia sampai saat ini belum dirasakan pegawai di sektor perhotelan dan restoran di Garut. Selain itu, sebagian besar hotel dan restoran di Kabupaten Garut juga merupakan bisnis perorangan, bukan franchise.

Hampir 75 persen pegawai yang dipekerjakan di hotel dan restoran yang ada di Garut adalah pribumi. Artinya, pemilik hotel dan restoran masih mengutamakan masyarakat sekitar. Janur menerangkan, memang di Garut ada beberapa hotel franchise, seperti Grand Royal Panghegar Hotel yang sudah biasa menempatkan tenaga ahli dengan standar pengupahan mereka.

"Tapi secara keseluruhan di Garut masih bersifat bisnis perorangan, sebagian besar hotel dan restoran milik perorangan," jelas Janur.

Menurutnya, MEA akan lebih berdampak pada persaingan kualitas pelayanan dan fasilitas yang diberikan hotel dan restoran. Sebab, MEA dinilai akan membuka lebar pintu kunjungan wisatawan asing. Sehingga, para pengelola hotel dan restoran di Garut lebih berupaya untuk meningkatkan kualitas dan fasilitas mereka serta meningkatkan kemampuan SDM para pegawainya.

"Di sinilah persaingan yang sebenarnya sebab bagaimana pun juga Garut telah menjadi salah satu daerah destinasi wisata pilihan di Jawa Barat dan Indonesia," kata Janur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement