REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG -- Memasuki musim panen rendeng, harga gabah di Kabupaten Subang masih tinggi. Saat ini, harganya antara Rp 480-500 ribu per kuintal.
Harga ini sangat bagus. Akan tetapi, petani mulai resah. Pasalnya, khawatir tak bisa menikmati harga yang tinggi. Mengingat, saat ini gabah dari Demak, Jateng, mulai membanjiri pasar.
Ketua KTNA Kabupaten Subang, Otong Wiranta, mengatakan, saat ini di Subang sudah ada yang panen. Seperti, di Kecamatan Patokbeusi dan Ciasem. Tetapi, belum panen raya. Sehingga, harga gabahnya relatif tinggi.
"Tapi, kita was-was juga dengan membanjirnya gabah dari provinsi tetangga," ujar Otong kepada Republika, Senin (29/2).
Sebab, banyaknya suplai gabah dari Jateng tersebut, bisa membuat harga gabah lokal anjlok. Karenanya, harus segera diantisipasi. Supaya, gabah lokal harganya tetap stabil sebelum panen raya.
Meski demikian, lanjut Otong, persoalan harga gabah ini menjadi dilema. Sebab, saat gabah harganya mahal maka berdampak pada tingginya harga beras. Sebaliknya, bila harganya murah, beras juga turut turun harga.
"Jadi, satu sisi sebagai petani kita senang, karena harga gabah masih tinggi. Namun, kami juga kasihan ke konsumen yang mengeluhkan beras mahal," ujarnya.
Dengan begitu, pihaknya akan terus memantau harga gabah ini. Jangan sampai hasil pertanian ini terjun bebas ke harga di bawah Rp 400 ribu per kuintal. Bila harga sampai ke level itu, maka harus ada perjuangan dari petani untuk mendongkrak harga.