REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– Kementerian Pariwisata (Kemenpar) telah bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk mengoptimalkan aset hutan dan taman nasional itu sebagai atraksi destinasi wisata yang memikat. Hutan tropis dan taman nasional bisa menjadi atraksi pariwisata yang memiliki nilai lebih buat Wonderful Indonesia.
"Tentu, kami tetap menggunakan prinsip-prinsip sustainable tourism development (STD), yang model dan aturan mainnya sudah ada benchmark di UN-WTO. Sudah ada standar globalnya, standar internasional, dan dirilis oleh badan PBB yang berpusat di Madrid itu. Jika diturunkan dalam implementasi, menggunakan asumsi bahwa semakin dilestarikan, semakin mensejahterakan,” ujar Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya dalam keterangan tertulisnya, Senin (29/2).
Asisten Deputi Wisata Alam dan Buatan Kemenpar, Azwir Malaon menambahkan, pihaknya akan berkoordinasi dengan lembaga terkait untuk kembali melaksanakan perbaikan-perbaikan di taman nasional. Taman-taman yang menjadi perhatian Kemenpar dan KLHK adalah, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP),Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Nasional Baluran, Taman Nasional Kepulauan Seribu, Taman Nasional Way Kambas, Taman Nasional Rinjani, dan Taman Nasional Gunung Tambora.
"Ada beberapa taman nasional yang terkait dengan 10 destinasi, selain itu Pak Menpar Arief Yahya dan ibu MenLHK Siti Nurbaya menandatangin kesepakatan, lalu kami mengeksekusi kerja sama itu di level eselon 1-2. Kami akan menjalankan kesepakatan itu dengan konsisten," ungkap Azwir.
Hal ini dilakukan untuk menggalang potensi sumber daya yang ada. Azwir menuturkan, percepatan pengembangan destinasi berbasis alam ini dikhususkan dalam mewujudkan target pariwisata 2019.
Kementerian LHK juga akan mengembangkan pariwisata alam di taman-taman nasional. Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian LHK, Tachrir Fathoni mengatakan, nanti langkah konkretnya terkoneksi dalam tiga klaster; pertama Lampung dan Jawa, khususnya Jawa Barat dan DKI Jakarta; klaster dua daerah Jawa Timur; dan klaster tiga di Nusa Tenggara Barat.
Dalam ketiga klaster tersebut, kata dia, harus ada satu integrasi antara alam, budaya, dan atraksi buatan lainnya. Tachir juga menuturkan, ada empat strategi yang akan digunakan yaitu penguatan terhadap destinasi wisata alam yang ada (improving).
“Kami buat konsep klaster guna memperoleh multiplier yang tinggi dengan pelayanan kenyamanan dan kemewahan bagi pengunjung, dengan tetap mengendepankan faktor konservasi. Selain itu, mengembangkan konektivitas berbagai lokasi dalam klaster yang berbatas menjadi satu kesatuan destinasi,” tutur Tachrir.
Strategi kedua, menciptakan destinasi wisata alam yang baru (generating). Melalui konsep integrated based destination untuk mengembangkan konektivitas berbagai lokasi destinasi alam di dalam klaster. “Ini bisa menjadi satu kesatuan destinasi dengan kemudahan aksesnya, baik dengan peningkatan infrastruktur maupun kemudahan aksesibilitasinya,” paparnya.
Ketiga, kata dia, mendesain keunggulan komparatif destinasi wisata alam (branding), yaitu melalui berbagai upaya taktis dan strategis. Dalam hal ini, keunikan spesifikasi taman nasional dan taman wisata alam dikemas serta didesain sesuai segmen pasar yang ingin dikembangkan dan terintegritas dalam desain kawasan strategis nasional (KSN).“Terakhir yaitu mewujudkan 3P (public private partnership) dalam pengembangan wisata alam (tourism governance),” ucap Taqchrir.
Menpar menambahkan, dalam kerja sama ini ada tiga hal yang akan dilakukan, yakni melalui ungkapan, melakukan pengukuran, dan action plan. Menurutnya, dari hasil riset didapat bila Indonesia melestarikan budaya dan alam, kesejahteraan akan naik 5-10 kali.