REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengajak masyarakat menyaksikan fenomena gerhana matahari total di sejumlah daerah yang dilalui. Ia pun menilai pemerintah perlu mengoreksi sikap masyarakat saat peristiwa gerhana matahari pada 1983 silam yang justru tak dianjurkan untuk menyaksikan.
"Untuk mengkoreksi kejadian tahun 1983, di mana orang diajarkan salah untuk tidak bisa melihat dan harus tinggal di rumah. Bahwa itu kesalahan besar. Oleh karena itu, dianjurkan justru untuk dilihat walaupun harus pakai kacamata khusus," kata JK di kantor Wakil Presiden, Jakarta, Senin (29/2).
Pemerintah, kata JK, menyambut positif terjadinya peristiwa gerhana pada 9 Maret mendatang lantaran dapat menarik wisatawan dan meningkatkan perekonomian. Menurut dia, okupansi tempat penginapan di sejumlah kota yang dilalui gerhana matahari pun telah penuh.
"Semua hotel penuh. Mau Palu, mau Ternate penuh semua. Yang menarik di Ternate dan Palu sudah di pesan sejak tahun lalu, eh 2014," tambah JK.
JK pun masih menunda rencana untuk menyaksikan peristiwa gerhana matahari total karena seluruh tempat penginapan telah penuh. "Nantilah diatur. Saya masih baru cari tempat yang kosong," kata dia.
Wilayah Indonesia beberapa kali dilalui oleh gerhana matahari total (GMT). Indonesia akan dilalui GMT pada 9 Maret mendatang. Terakhir kali Indonesia mengalami GMT yakni pada 1983. Meskipun peristiwanya sama, namun masyarakat merespons dengan cara yang berbeda.
Board of Director International Lunar Observatory Associaton (ILOA) Chatief Kunjaya mengatakan pada 1983, masyarakat memaknai negatif gerhana matahari sehingga memunculkan banyak mitos-mitos. Saat itu, Kunjaya mengamati GMT dari puncak gedung bertingkat di Solo.