Jumat 26 Feb 2016 20:56 WIB

Gizi Buruk, Berat Bocah Dua Tahun Ini Hanya 4,5 Kg

Rep: Issha Harruma/ Red: Teguh Firmansyah
Gizi Buruk (ilustrasi)
Gizi Buruk (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NIAS SELATAN -- Kasus gizi buruk akibat kemiskinan memang bukan barang baru di negeri Indonesia. Namun,  kasus ini menjadi bukti kesejahteraan dan pelayanan kesehatan belum merata di tanah air.

Felisitas Hildayanti Telaumbuana, adalah salah satu korban gizi buruk. Bocah berusia dua tahun ini merupakan warga Desa Hoya, Kecamatan Sidua Ori, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara. Keadaan membuat dia terpaksa menderita gizi buruk sejak setahun terakhir.

Sang ibu, Festina Ndruru mengatakan, saat ini, berat badan anaknya hanya 4,5 kg. Tubuh gadis kecil malang tersebut hanya berbalut kulit. Saking tipisnya daging yang menyelimutinya, kulit Felisitas terlihat keriput. Ia pun hanya mampu terbaring dengan kondisi yang memprihatinkan.

Menurut Festina, selama ini, ia sudah pernah membawa anaknya untuk berobat. Namun, keuangan yang pas-pasan membuat ia hanya mampu membawa Felisitas ke pengobatan alternatif. "Nggak punya uang kalau untuk berobat ke rumah sakit umum. Yang penting obat yang biasa saya beli aja," kata Festina, Jumat (26/2).

Festina mengaku pasrah dengan kondisi anaknya saat ini. Tak banyak yang bisa ia perbuat karena penghasilannya sebagai petani hanya cukup untuk kebutuhan hidup saja. Ia pun berharap penerintah dapat lebih peduli dengan kondisi masyarakat kelas bawah seperti dirinya.

"Biar nggak ada lagi anak-anak yang menderita gizi buruk," ujarnya.

Baca juga, Dinkes Purbalingga Tangani Satu Kasus Gizi Buruk. 

Untungnya, kabar mengenai keadaan Felisitas telah tersebar. Bocah malang tersebut pun saat ini telah dibawa ke Klinik Santa Margaretha, Yayasan Karya Faomasi Zo'Aya di Gunung Sitoli untuk dirawat. Di klinik ini, seluruh biaya pengobatan anak dengan gizi buruk digratiskan.

Dinas Kesehatan Kabupaten Nias Selatan mengklaim telah serius menangani kasus gizi buruk di daerah tersebut. Meski begitu, Kepala Dinas Kesehatan Nias Selatan Martin Harefa mengakui memang ada peningkatan angka gizi buruk di daerahnya. "Peningkatan kasus gizi buruk di Kabupaten Nias ada sepuluh kasus. Pemerintah daerah pada prinsipnya sudah menangani kasus ini," kata Martin. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement