Jumat 26 Feb 2016 19:43 WIB

Pak Menteri, Ada SD Negeri di Balik Hutan Kalimantan

Rep: C25/ Red: Citra Listya Rini
Murid Sekolah Dasar.
Foto: Republika/Prayogi
Murid Sekolah Dasar.

REPUBLIKA.CO.ID, PERING TALIK -- Butuh waktu berjam-jam dari pusat kota Kutai Barat untuk sampai ke Desa Pering Talik. Selain itu, akses jalan yang carut marut harus dilalui demi mencapai lokasi SD Negeri 16.

"Karena kita masih bagian NKRI, semoga Pak Menteri mau memberi perhatian kepada kita," kata Boby Rahman, Kepala Sekolah SD Negeri 16 Pering Talik.

Seperti itulah keluh kesah yang disampaikan Boby, saat Republika mengunjungi SD Negeri 16 yang memang berlokasi di balik hutan di Desa Pering Talik, Kutai Barat, Kalimantan Timur. Sambil menunjukkan ruang-ruang kelas, ia mengungkapkan banyak harapan agar mendapat perhatian dari pemerintah, untuk membangun sarana dan prasarana sekolah yang lebih baik.

Secara khusus, harapan ia gantungkan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan, yang merupakan salah satu sosok yang diidolakan Boby dalam dunia pendidikan. Ia berharap, pemerintah lewat Kemendikbud setidaknya dapat memberi perhatian, yang memotivasi siswa sekaligus masyarakat dan merasa dianggap keberadaannya.

SD Negeri 16 Pering Talik berdiri di atas sebuah lamin atau rumah panggung panjang, yang terdiri dari empat ruangan dengan seluruhnya merupakan ruang untuk aktivitas belajar dan mengajar. Jangan harapkan ruang guru apalagi ruang kepala sekolah, ruang sanitasi seperti kamar kecil pun tidak mampu dibangun sekolah yang memiliki 51 siswa tersebut.

Dengan keterbatasan yang ada, empat ruangan yang dimiliki SD Negeri 16 terpaksa harus dimaksimalkan, dengan menggabungkan beberapa kelas menjadi satu pengajaran sekaligus.

Bahkan, meja dan bangku yang dipakai siswa masih bergaya miring pada jaman Belanda, lengkap dengan kondisi bangku para siswa yang acap kali bergoyang setiap kali diduduki. "Beginilah sekolah kami, tapi mudah-mudahan kondisi ini memperkuat kami untuk terus maju," ujar Boby.

Hal itu terbukti lewat pemanfaatan dana bos yang sangat minim, untuk membangun kondisi yang sedikit lebih nyaman bagi para siswa, salah satunya dengan mengecat tembok-tembok kayu menjadi berwarna-warni. Selain itu, terlihat interior kelas dibuat semenarik mungkin dengan berbagai gambar, salah satunya biodata setiap siswa digantung di tembok-tembok.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement