Jumat 26 Feb 2016 16:52 WIB

'Skizofrenia tidak Terjadi Sehari-Dua Hari'

Rep: Lintar Satria/ Red: Citra Listya Rini
Penderita skizofrenia (ilustrasi).
Foto: AP
Penderita skizofrenia (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  --  Psikolog Forensik Reza Indragiri mengatakan ada untuk melihat seorang mempunyai bakat skizofren tidak bisa menggunakan psikotest biasa. Karena untuk melihat kewarasan seseorang harus menggunakan alat tes yang spesifik.

Kasus Brigadir Petrus Bakus (27 tahun), anggotaSat Intelkam Polres Melawi, Kalimantan Barat, yang tega membantai kedua anaknya, mengatakan dalam tes kepolisian tidak melihat tanda skizofren. Reza mengatakan tes kepolisian hanya melihat kecerdasan, kesiapan mental, dan lain-lain.

"Ada yang menemukan bahwa anak yang orang tua skizofren memiliki kemungkinan tiga kali lipat lebih besar," kata Reza saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (26/2).

Reza menambahkan tapi tidak mungkin kepolisian menelusuri satu per satu orang tua personilnya. Karena itu menurutnya organisasi dalam hal ini kepolisian tidak boleh abai kesehatan jiwa personilnya.  "Seorang yang dites hari ini bisa saja besok berubah," kata Reza.

Brigadir Petrus Bakus diduga mengalami penyakit mental yang menyerang otak yang dinamakan skizofrenia sehingga membunuh anaknya pada Kamis (25/2) sekitar pukul 24.00 WIB di Asrama Polres Melawi.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement