REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Frida Kusmastuti Dosen Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang menjelaskan, promosi lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) harus dilawan dengan konten positif. Dia pun menilai pemblokiran sebuah website adalah sebuah tindakan represif. Pemerintah tidak boleh membatasi masyarakat menggunakan internet.
“Kalau Indonesia tidak otoriter sistem pemerintahnya maka saya rasa akan malah kontra produktif,” katanya saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (25/2).
Frida mengatakan yang utama adalah harus semakin banyak konten positif yang di-support oleh pemerintah. Pemerintah tidak boleh menghalang-halangi masyarakat untuk mengakses informasi. Dia menjelaskan, semakin banyaknya konten positif dan produktif akan bertarung dengan konten negatif.
“Masyarakat dan publik yang mengatakan dirinya orang-orang bermoral harus familier dengan internet, sehingga yang baik-baik bisa bertengger di mesin pencari,”kata Frida.
Frida mengatakan saat ini lebih banyak orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang menguasai teknologi. Karena itu masyarakat yang melihat banyaknya konten negatif di internet harus meningkat konten positif.
Sebelumnya, dalam acara Lembaga Kebudayaan UMM Frida, berpendapat bahwa perhatian yang utama adalah pada konten. Manusia “yang bertanggung jawab” harus belajar lebih familier dengan teknologi internet ini sehingga mampu menyediakan konten yang baik.
“Seperti saat ini kita diskusi dua jam tentang dampak negatif internet di ruang ini, bisa jadi di luar sana para manusia tak bertanggung jawab telah mengunggah ratusan tulisan buruk, pornografi, video sampah untuk generasi internet. Oleh karena itu mari kita belajar memproduksi konten yang baik dan kemudian mengunggahnya melalui media internet. Agar generasi internet mendapat pilihan konten yang positif untuk kehidupan yang lebih baik,” ajak Frida.