Kamis 25 Feb 2016 21:19 WIB

'Pemblokiran LGBT di Internet Bukan Ide Bagus'

Rep: Lintar Satria/ Red: Achmad Syalaby
Pengguna jalan melintas di dekat spanduk berisi penolakan kepada kelompok Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) di Yogyakarta, Rabu (24/2)
Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko
Pengguna jalan melintas di dekat spanduk berisi penolakan kepada kelompok Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) di Yogyakarta, Rabu (24/2)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Promosi Lesbian, gay, biseks dan transgender (LGBT) sudah dinyatakan dilarang. Namun pemblokiran dinilai dari pemerintah dinilai bukan salah satu solusi untuk mencegah tersebarnya ide LGBT merupakan sesuatu yang normal. Pemblokiran kampanye di internet sebaiknya dilakukan oleh masyarakat atau publik sendiri. 

“Saya termasuk yang menolak LGBT tapi pemblokiran dalam sistem bukan hal yang bagus. Kampanyenya akan ada lagi-ada lagi dan akan terus begitu,” kata Dosen Komunikasi Fakutasi Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Malang Frida  Kusumastuti, Kamis (25/2).

Frida mengatakan, dia lebih setuju kontrol di dunia maya dilakukan oleh publik. Walaupun masyarakat pun memiliki banyak kelompok dan mewakili banyak kepentingan, tapi pemblokiran tidak dilakukan oleh pemerintah. 

Jika pemblokiran dilakukan oleh pemerintah, tambah Frida, ada represi dan otoriterisme di dalamnya. Karena itu konten positif harus diperbanyak. Dia menilai, konten positif harus terus bertengger di atas mesin pencarian. Dengan begitu anak-anak dan remaja akan lebih banyak melihat konten positif dibandingkan dengan yang negatif.

Frida menegaskan bahwa karakter generasi internet tidak terlepas dari karakteristik internet itu sendiri, yaitu serba cepat, interaktif, interkonektif, banyak pilihan, dan menyenangkan. “Karakter internet menentukan pola interaksi, cara berpikir, cara berkomunikasi para penggunanya atau generasi internet, sehingga terbentuk ‘norma baru’ di kalangan mereka,” ungkapnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement