Rabu 24 Feb 2016 16:05 WIB

Risma Bantah Data Bank Dunia Soal Bisnis di Surabaya

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Ilham
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- ‎Bank Dunia telah memberikan hasil survei mereka mengenai Easy of Doing Business (EODB) atau kemudahan berbisnis bagi Indonesia. Dari dua kota yang disurvei, yaitu Jakarta dan Surabaya, menempatkan Indonesia berada di peringkat 109 dari 180 negara.

Sejumlah survei, termasuk dari sisi perijinan di dua kota tersebut membuat posisi Indonesia berada cukup jauh dibanding negara tetanga. Namun hasil survei ini tidak seutuhnya diterima Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini. Wanita yang akrab disapa Risma ini menyebut bahwa data yang dimiliki Bank Dunia tidak seluruhnya valid.

"Dari survei disebut untuk tanda pajak harus 30 hari. Padahal kita sudah online. Jadi ini korespondennya siapa?" kata Risma di Kantor Menko Perekonomian, Rabu (24/2).

‎Selain tanda pajak, untuk izin mendirikan bangunan (IMB) baik usaha kecil menengah (UKM) dan IMB rumah yang memiliki dua lantai di Surabaya hanya memerlukan waktu paling lama empat hari. Namun, dalam data Bank Dunia disebut 44 hari.

Dengan kesalahan data yang cukup vital ini, Risma merasa bingung apakah koresponden yang memberikan data ini melakukan Pengurusan izin langsung ke pemerintah kota Surabaya, atau melalui notaris. Karena jangan sampai waktu yang lama dikarenakan perizinan ini tertahan di notaris.

"Kalau dia (masyarakat) masuknya ke pemerintah kita bisa 'kejar'. Karena ini semua bisa lewat online," kata Risma.

‎Di sisi lain, Risma menjelaskan investasi di Surabaya di tahun 2015 memang menurun dibanding 2014 dari pertumbuhan diangkat tujuh persen menjadi hanya 6 persen. Namun, dia yakin untuk tahun 2016, pertumbuhan investasi di Surabaya bisa kembali menguat ke angka tujuh persen seiring perekonomia Indonesia yang mulai menguat.

Menurut Risma, Pemkot Surabaya saat ini bukan hanya mengandalkan pertumbuhan industri besar sebagai penunjang ekonomi. Karena peningkatan jumlah usaha kecil menengah (UKM) di Surabaya mampu menjadi salah satu sektor penting dalam pertumbuhan ekonomi Surabaya.

"Dalam tiga tahun terakhir, UKM sudah masuk dalam pertumbuhan ekonomi kita," kata Risma.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement