REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN - Pemakaman umum di Dusun Mlandangan, Minomartani, Ngaglik terkena longsor. Tanah di bagian timur pemakaman amblas sedalam setengah meter. Setidaknya ada dua makam yang terdampak.
"Itu kejadiannya longsornya sore, dua minggu lalu. Karena hujan deras jadi begitu," kata warga yang tinggal di barat pemakaman, Sukardi (45), Selasa (23/2). Usai longsor, dua makam yang amblas segera dipindahkan oleh pihak keluarga ke bagian selatan pemakaman yang lebih aman.
Meski begitu, menurut Sukardi longsor di pemakaman yang berjarak empat meter dari Sungai Klandokan itu bisa saja terjadi lagi. Pasalnya hingga saat ini tanah yang berbatasan dengan sungai belum juga dibangun talut. Akibatnya, selain makam, pepohonan di sekitar pemakaman juga ikut terbawa longsor dua pekan lalu.
"Ya sepertinya harus segera dibangun talut. Kalau hujan deras bisa longsor lagi soalnya," ujar Sukardi.
Menurutnya, makam tersebut berdiri di atas tanah kas desa. Awalnya, makam hanya dikhususkan untuk warga perumahan setempat. Namun lambat laun warga di luar perumahan juga ikut dimakamkan di sana.
Sementara itu, Juru Rawat Makam, Warto Utomo (82) menuturkan, ini adalah kejadian longsor ketigakalinya di Pemakaman Dusun Mlandangan. Adapun tanah yang terkena longsor sepanjang 10 sampai 15 meter.
"Itu longsornya pas di tanah yang di atas sungai. Dari bagian selatan ke utara," katanya menjelaskan.
Menurut pria yang akrab disapa Paimin itu, tanah di pemakaman memang miring. Sehingga saat terjadi hujan deras, tanah bisa longsor secara tiba-tiba. Maka itu ia sangat berharap agar pemerintah segera membangun talut di atas pemakaman yang telah berdiri sejak 1990-an itu.
Kepala Desa Minomartani, Edi Suroto mengatakan, pihaknya bersama masyarakat sudah merapatkan masalah tersebut.
"Hasilnya kami sepakat untuk segera membangun talut di sana," ujar Edi. Namun ia belum bisa memastikan, pembangunan tersebut apa akan di serahkan kepada masyarakat atau pemerintah.
Sedangkan, jika ditangani oleh pemerintah, dana pembangunannya tidak bisa digelontorkan secara tiba-tiba. Karena harus ada perencanaan anggaran dulu sebelumnya. Ia mengakui, kondisi pemakaman seluas 800 meter persegi itu memang cukup rawan longsor. Ditambah saat ini pengelolaannya belum jelas.
Oleh karena itu, ke depannya pemerintah desa setempat berencana untuk membuat peraturan desa mengenai pengelolaan pemakaman. Edi berharap, dengan dikukuhkannya peraturan tersebut, pengurusan pemakaman dapat lebih terjamin. "Misalnya dengan menetapkan jadi BUMDes," katanya.