REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ratusan kepala keluarga korban bencana alam pergerakan tanah di Cisompet, Kabupaten Garut, Jawa Barat, tidak dapat bekerja untuk menghidupi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
"Mereka masih trauma jadi tidak bisa bekerja," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kecamatan Cisompet, Dani Muldani melalui telepon seluler, Selasa (23/2).
Ia menuturkan bencana alam melanda Desa Sindangsari, Kecamatan Cisompet menyebabkan ratusan warga harus mengungsi karena rumahnya mengalami kerusakan dan terancam rusak.
Sebagian besar pekerjaan warga korban bencana itu, kata dia, yaitu buruh tani, serabutan dan tukang bangunan terpaksa ditinggalkan. "Diperkirakan 80-85 persen atau 100 kepala keluarga yang tak bekerja dari 127 keluarga yang terkena dampak bencana," katanya.
Selama tidak bekerja, kata Dani, warga hanya diam dan berkumpul di tempat pengungsian, sesekali melihat kondisi rumahnya yang terkena bencana. "Kegiatan mereka hanya berdiam diri saja, berkumpul di pengungsian," katanya.
Kondisi prihatin lainnya, kata Dani, dampak trauma yang dirasakan warga, terutama kaum perempuan dan anak-anak.
Pihaknya berharap Pemerintah Kabupaten Garut untuk segera merelokasi warga korban bencana ke tempat yang lebih aman.
"Diharapkan Pemkab Garut merelokasi untuk penyelamatan warga, karena rumah mereka sudah tidak bisa diperbaiki dan wilayah bencana," katanya.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut mencatat ada 243 rumah yang berada di lokasi pergerakan tanah dengan jumlah kerusakan sebanyak 127 rumah terdiri dari 43 rumah permanen mengalami retak-retak pada dinding dan 84 rumah panggung bergeser atau miring. Selain itu tercatat ada 116 rumah warga yang terancam terkena dampak bencana pergerakan tanah.