Ahad 21 Feb 2016 15:48 WIB

Ribuan Balita di Sleman Alami Stunting

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Julkifli Marbun
ilustrasi
Foto: Mirror
ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN –- Ribuan balita di Kabupaten Sleman mengalami stunting atau kekurangan gizi kronis. Kondisi ini menyebabkan pertumbuhan badan anak tidak berkembang baik. Sehingga mereka memiliki tinggi tubuh yang lebih pendek dari anak-anak normal.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman, Mafilindati Nuraini menyampaikan, pada 2015 balita yang mengalami stunting di Sleman sebanyak 7.053 (2,86 persen), dari total 54.859 anak. Menurutnya penyebab utama stunting adalah asupan gizi yang buruk.

“Hal ini biasanya dilatarbelakangi oleh pola pengasuhan yang diterapkan orang tuanya,” tutur perempuan yang akrab disapa Linda itu, Ahad (21/1). Bahkan, ia mengemukakan, kesibukkan ibu menjadi salah satu faktor utama terjadinya stuting pada anak.

Misalnya, karena terlalu sibuk, sang ibu tidak mau memberi air susu ibu (ASI) secara ekslusif pada bayinya. Padahal untuk mendapatkan gizi yang ideal, bayi harus diberi ASI ekslusif selama enam bulan pertama. Setelah itu, baru bisa diberi makanan pendamping ASI.

Linda menjelaskan, penanganan stunting sendiri merupakan proses yang panjang. Di mulai dari kehamilan sampai anak berusia dua tahun. “Pokoknya penanganannya itu selama 1000 hari awal kehidupan anak,” ujar Linda.

Maka itu ia berpesan agar para ibu mempersiapkan proses kehamilannya. Terutama dengan memastikan kesehatan janin sejak awal. Linda juga menganjurkan agar ibu menjaga asupan gizi selama mengandung. Termasuk untuk memeriksakan diri ke pusat kesehatan terdekat.

Guna menurunkan angka stunting, Dinkes Sleman telah melakukan beberapa upaya. Di antaranya melakukan penyuluhan tentang stunting di setiap puskesmas. Bahkan saat ini, Dinkes telah memberikan pelatihan pada petugas Puskesmas untuk mengampanyekan pentingnya pemberian ASI ekslusif dan membentuk konselor inisiatif menyusui dini (IMD).

Selain itu, untuk mendukung program tersebut, Pemkab Sleman telah menetapkan Peraturan Bupati nomor 38 tahun 2015 tentang pemberian ASI ekslusif dan IMD. Melalui peraturan ini, seluruh instansi di Pemkab Sleman, baik swasta maupun pemerintah berkewajiban untuk mendukung pemberian ASI ekslusif dan IMD bagi para ibu. Minimal dengan menyediakan ruang laktasi di tempat umum.

Sementara itu, Kepala Seksi Kesehatan Keluarga BIdang Kesehatan Masyarakat Dinkes Sleman, Atikah menyampaikan, angka stunting di Sleman relatif lebih rendah dari pada daerah lain. Bahkan kejadian stunting di Sleman jauh lebih kecil jika dibanding angka nasional.

“Angka stunting nasional kan mencapai 34 persen. Kita tiga persen saja belum,” ujarnya. Meski begitu, ia pun menyampaikan, Pemkab Sleman akan melakukan penyuluhan lebih lanjut guna menurunkan angka kejadian stunting.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement