REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN – Berbagai hasil penelitian dari Laboratorium Pengujian dan Penelitian Terpadu (LPPT) UGM dipamerkan pada Customer Gathering di University Club. Hasil penelitian itu di antaranya elektronic nose (e-nose) dan masker anti-asap yang merupakan karya dari Kuwat Triyana.
Kuwat menjelaskan, hidung elektronik atau e-nose dikembangkan dengan meniru cara kerja hidung manusia. Untuk bisa mengenali atau membedakan sebuah sampel bau dengan sampel lainnya. Namun begitu, e-nose harus dilatih agar memiliki ingatan pada sampel-sampel bau.
“Cara kerjanya mirip seperti hidung. Sampel ditaruh di alat, untuk mendapatkan aroma. Bahannya dipanaskan, aroma gas yang keluar akan dideteksi oleh sensor. Lalu dianalisis lewat software khusus,” katanya. Penelitian alat ini dilakukan sejak 2000.
Dosen prodi Fisika, FMIPA UGM ini mengatakan alat ini sudah dilatih untuk membedakan daging babi atau bukan. Bahkan juga digunakan untuk menentukan birahi dan tidaknya sapi betina. “Cara kerja alat ini sangat cepat, dalam waktu lima menit bisa selesai. Selanjutnya akan kita kembangkan lagi agar satu menit sampel bisa diketahui hasil akhirnya,” tutur Kuwat.
Selain itu, e-nose juga bisa digunakan untuk deteksi cepat kontaminasi zat berbahaya seperti formalin dalam makanan, masa kadaluarsa produk makanan, dan kehalalan makanan. Saat ini juga sedang dikembangkan e-nose untuk deteksi cepat tuberculosis (TBC). “Sedang kami kembangkan untuk bisa uji TBC, saya kira ini bisa dimanfaatkan oleh puskesmas dan Rumah sakit nantinya dengan harga yang lebih terjangkau,” katanya.
Sementara masker anti-asap dan bakteri terbuat dari serat nano atau nanofiber dari bahan sintetik seperti polivinyl alkohol, kitosan, dan gelatin. Pembuatannya dilakukan menggunakan mesin electrospinning yang dikembangkan oleh grup riset nanomaterial UGM. “Saat ini telah berhasil dibuat masker asap berserat nano, pemisah air dengan minyak,” katanya. Menurut Kuwat, penelitian ini terinspirasi dari bencana asap dari kebakaran hutan yang terjadi beberapa waktu lalu. Meski masih dalam tahap pengembangan, masker ini dapat menyaring bakteri dan debu.
Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UGM, Suratman, mengatakan dua riset inovasi ini akan segara dipatenkan untuk menjadi produk bisnis unggulan di tingkat global. “Paling tidak temuan ini dapat memberikan solusi bagi permasalahan di masyarakat,” tuturnya.