Sabtu 20 Feb 2016 19:30 WIB

Dome Penangkaran Burung akan Dibangun di Jakarta-Surabaya

Dome atau sangakar burung berukuran raksasa. Ilustrasi
Foto: rudycrucker.com
Dome atau sangakar burung berukuran raksasa. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) akan membangun sangkar burung berbentuk kubah (dome) di Pulau Jawa.

"Kita akan bangun di dua tempat, yakni Jakarta dan Surabaya," kata Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Tachrir Fathnoni pada penyerahan bantuan Gunma Safari Park di Taman Safari Indonesia (TSI) di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (20/2).

Ia mengatakan, pembangunan dome untuk konservasi burung diperlukan mengingat kondisi burung yang kian terancam populasinya. Selain itu, kebiasaan Presiden Joko Widodo yang melepasliarkan burung ke alam menjadi alasan khusus pembangunannya.

"Pak Presiden suka sekali melepasliarkan burung ke alam, kemarin di Kebun Raya, tetapi burung ini ambil dari pasar ilegal dan mendapat protes dari sejumlah pemerhati burung," katanya.

Menurut dia, dome penangkaran burung ditujukan untuk menangkar burung-burung yang akan dilepasliarkan dan juga menjadi tempat karantina burung-burung yang berhasil diselamatkan dari operasi penangkapan pada praktik perdagangan liar.

"Jadi sebelum burung-burung ini dilepasliarkan, kita karantina dulu agar mereka layak untuk dikembalikan ke alam. Begitu juga jika presiden, kepala daerah atau masyarakat yang mau melepaskan burung, dapat mengambil dari dome-dome ini," katanya.

Dijelaskannya, alokasi dana pembangunan dome burung tersebut berasal dari sumbangan Kebun Binatang dan Pusat Konservasi Jepang yakni Gunma Safari Park senilai 15 juta yen. Kekurangan dari dana tersebut akan ditambah oleh pemerintah.

Dikatakannya, kebutuhan sangkar burung berbentuk kubah tersebut sangat penting sesuai pengalaman KSDAE mendapat tangkapan 2.711 burung di wilayah Kalimantan.

Karena minimnya sarana dan prasarana, sebanyak 2.400 burung mati. Burung yang tersisa langsung dilepasliarkan ke alam.

"Tidak hanya untuk kebutuhan presiden tetapi juga untuk kebutuhan konservasi karena populasi burung juga semakin terancam, sekaligus menghentikan perdagangan ilegal burung. Bagi pejabat negara atau pejabat daerah dan masyarakat yang mau melepaskan burung dapat mengambil dari dome ini," katanya.

Sementara itu, pemilik TSI Cisarua Frans Manangsang menyebutkan, dome burung yang akan dibangun menyerupai dome yang sudah dimiliki pusat konservasi satwa tersebut. Diperkirakan dana untuk membangun satu dome mencapai Rp1 miliar.

"Satu dome berkapasitas sampai 1.000 ekor burung untuk berbagai jenis," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement