Sabtu 20 Feb 2016 05:13 WIB

Jalan Prapatan Kini Berganti Nama Menjadi Jalan Prajurit KKO Usman dan Harun

Rep: c33 / Red: Andi Nur Aminah
KRI Usman Harun, Prajurit KKO Usman dan Harun , selain namanya diabadikan di kapal perang, kini juga diabadikan di salah satu ruas jalan di Jakarta Pusat
Foto: Antara
KRI Usman Harun, Prajurit KKO Usman dan Harun , selain namanya diabadikan di kapal perang, kini juga diabadikan di salah satu ruas jalan di Jakarta Pusat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, meresmikan penggantian nama Jalan Prapatan menjadi Jalan “Prajurit KKO Usman dan Harun”, Jumat (19/2). Prosesi penggantian nama jalan dilakukan melalui rangkaian upacara militer yang melibatkan ratusan prajurit dan sejumlah kendaraan tempur Korps Marinir TNI AL, bertempat di Halaman Markas Komando Korps Marinir, Jakarta Pusat.

Peresmian perubahan nama jalan yang terletak di antara persimpangan Tugu Tani sisi utara sampai dengan persimpangan Senen, Jakarta Pusat itu ditandai dengan penekanan tombol sirine dan pembukaan selubung nama Jalan Prajurit KKO Usman dan Harun. Djarot menilai perubahan nama jalan dengan total panjang kurang lebih 1.050 meter serta lebar kurang lebih 10 meter tersebut telah sesuai. Apalagi jika mengingat di jalan tersebut terdapat Markas Komando Korps Marinir (Mako Kormar).

“Apalagi jika mengingat perjuangan keduanya sebagai prajurit KKO AL (sekarang Korps Marinis TNI AL, Red) Berkat perjuangannya, keduanya lantas dianugerahi gelar pahlawan berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 050/TK/Tahun 1968 tanggal 17 Oktober 1968 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan dan Tanda kehormatan Bintang Sakti,” ujarnya.

Sementara itu, dari sisi hukum dan perizinan, perubahan nama jalan ini telah sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Nomor 758 tahun 2013 tanggal 13 Mei 2013  yang menetapkan nama Jalan Prajurit KKO Usman dan Harun mengantikan nama Jalan Prapatan berdasarkan hasil penelitian administrasi terhadap surat permohonan Komandan Korps Marinir tanggal 28 November 2012  Nomor B/1614/XI/2012 dan  rekomendasi dari Walikota Jakarta Pusat Nomor 54/1.792.1 tanggal 14 Januari 2013.

Usman adalah prajurit KKO kelahiran Purbalingga, Jawa Tengah, tanggal 18 Maret 1943. Sementara Harun adalah kelahiran Pulau Bawean, 4 April 1947. Keduanya merupakan prajurit yang telah menjadi martir dalam perjuangan Dwikora ketika konfrontasi dengan Malaysia. Pada Maret 1965, Usman, Harun dan Gani bin Arup, mendapat tugas khusus dari Komando Operasi Tertinggi (KOTI) untuk memasuki Singapura sebagai bagian dari perkuatan militer Indonesia untuk membantu para sukarelawan Indonesia di wilayah musuh. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement