Kamis 18 Feb 2016 22:56 WIB

Soal LGBT, Sikap Republika Netral

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Ilham
Gedung Harian Republika.
Foto: Heri Ruslan/ Republika Online
Gedung Harian Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menyikapi isu perilaku lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT), Harian Umum Republika mempunyai sikap netral. Namun, Republika tetap berbegang pada nilai budaya yang ada di Indonesia.

"Kita netral bukan berarti kita tak punya nilai. Itu yang coba kita sampaikan," kata Redaktur Pelaksana Harian Republika, Subroto Kardjo dalam Forum Diskusi Merangkul Korban LGBT Menolak Legalisasi LGBT di Kantor Republika, Kamis (18/2).

Ia mengatakan, saat awal menyuarakan isu LGBT, Republika merasa sendirian. Padahal, LGBT bukan isu Islam, melainkan persoalan kemanusiaan. Selain itu, banyak yang tidak setuju dengan promosi LGBT yang diam.

"Kita bukan mempermasalahkan orangnya. Kita tak setuju itu dikampanyekan. SGRC itu kecil, tapi siapa di belakangnya," katanya.

Subroto sadar, konsekuaensi dari penolakan terhadap kampanye LGBT akan menimbulkan pro-kontra dari berbagai kalangan. Hingga akhirnya Forum LGBTIQ mensomasi Harian Republika akibat pemberitaan 'LGBT Ancaman Serius' yang diterbitkan pada 24 Januari 2016.

Pascasomasi tersebut, kata Subroto, banyak reaksi masyarakat yang akhirnya mendukung Republika. "Opininya menjadi terbalik. Orang menjadi berani, yang mayoritas diam kemudian bicara," katanya.

Subroto juga mengatakan, edukasi terhadap bahaya promosi LGBT tidak boleh berhenti. Harus ada hal konkret yang dilakukan dari usaha yang selama ini dilakukan banyak bihak untuk meredam promosi LGBT. "Dalam isu LGBT kita tak pernah menyerang individu atau lembaga. Kita selalu beri ruang, tapi mereka yang tak mau dikontak," katanya.

Subroto berujar, semestinya tugas media memang mengedukasi masyarakat menyoal bahaya promosi kaum LGBT.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement