Kamis 18 Feb 2016 21:11 WIB

Petani Sayur Merugi Akibat Curah Hujan

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Nidia Zuraya
Petani menata sayur bayam saat memanen di Neglasari, Tangerang, Banten.
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Petani menata sayur bayam saat memanen di Neglasari, Tangerang, Banten.

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Harga sayuran yang saat ini masih cukup tinggi, tidak lantas membuat petaninya mendapat untung besar. Para petani di wilayah penghasil sayuran di lereng timur gunung Slamet, Desa Serang Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga justru mengaku banyak menelan kerugian akibat curah hujan yang tinggi.

''Harga beberapa jenis sayur memang sekarang masih cukup tinggi. Tapi kenaikan harga tersebut masih belum menutup kerugian akibat banyaknya tanaman rusak dan matu akibat  terserang hama jamur,'' jelas Kades Serang, Sugito, Kamis (18/2).

Dia menyebutkan, akibat curah hujan yang tinggi, berbagai jenis sayuran yang ditanam petani banyak yang mati. Jenis-jenis tanaman yang mati tersebut, antara lain terdiri dari tanaman kentang, wortel, dan kubis.

''Tanaman sayur tersebut sangat membutuhkan sinar matahari agar bisa tumbuh sehat. Namun sejak beberapa hari terakhir, matahari seringkali tidak terlihat karena tertutup awan tebal. Sehari-hari, tanaman sayur malah tersiram air hujan,'' katanya.

Dalam kondisi cuaca seperti ini, hama brupa jamur menjadi sangat mudah tumbuh. Baik jamur yang menyerang bagian akar, batang dan juga daun. ''Serangan hama jamur ini menyebabkan tanaman layu, kemudian mati membusuk,'' katanya.

Menurut Sugito, akibat serangan hama jamur tersebut, hasil panen berbagai jenis sayuran diperkirakan akan turun drastis. Misalnya untuk tanaman kentang, yang pada kondisi normal bisa menghasilkan 15 ton per hektare, akibat hama jamur tersebut diperkirakan hanya akan menghasilkan 5-7 ton per hektare.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement