REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pematung berbakat asal Malang, Ono Gaf, dikenal berkat karya-karyanya yang berbahan baku rongsokan besi dan baja. Meski demikian, bukan berarti kariernya sebagai seniman berjalan mulus.
Di awal ia menunjukkan karyanya pada tahun 1970-an, para seniman Kota Malang sempat menertawakannya. "Kata mereka patung saya aneh karena dibuat dari rongsokan," kata Ono saat ditemui Republika.co.id pada Rabu (17/2).
Namun seiring berjalannya waktu, patung rongsokan Ono justru menyedot perhatian para pecinta seni. Pada medio 1980-an, Gubernur Jatim saat itu, Wahono, memintanya membuat sebuah monumen. Monumen itu merupakan representasi dari simbol hortikultura, kebudayaan, olahraga, dan pendidikan.
Sentuhan tangan Ono pun berhasil mengubah besi-besi rongsokan menjadi sebuah monumen setinggi 12 meter. Sayangnya, tanpa alasan yang ia ketahui, karya tersebut dihancurkan atas permintaan Soelarso, Gubernur Jatim periode berikutnya.
Saat ini, Ono tengah mengerjakan patung buaya sepanjang satu meter. Patung ini rencananya akan dipamerkan di Jakarta. Patung buaya merupakan simbol keresahannya terhadap perang yang terjadi di berbagai belahan dunia. "Pekan lalu patung yang saya letakkan di trotoar ini sempat akan diangkut Satpol PP karena dikira sampah," katanya.
Beruntung pria yang tinggal di Jalan Semeru Gang Gereja ini telah bertemu dengan kolektor Korea Selatan yang ia panggil Mister Kim. Berkat Kim, patung-patung Ono mendapat tempat untuk dipajang di galeri seni International Culture Center di Pandaan.
Patung Ono, yang oleh penciptanya enggan dihubungkan dengan aliran seni apapun, juga sudah dipajang di Museum Fatahillah Jakarta. Patung itu ia beri judul Wanita Mandi Sinar Matahari.
"Patung-patung saya tidak ikut aliran seni apapun. Saya lebih senang menyebutnya Onoisme karena dalam setiap karya saya selalu memasukkan jiwa saya," katanya.