Rabu 17 Feb 2016 00:17 WIB

Menkes Ingin Kurangi Penderita Katarak di Indonesia

Penandatanganan MoU terkait operasi katarak gratis di RSCM Kirana, Jakarta, Selasa (16/2).
Foto: Antara
Penandatanganan MoU terkait operasi katarak gratis di RSCM Kirana, Jakarta, Selasa (16/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia termasuk negara dengan jumlah penderita buta katarak tertinggi di Dunia, khususnya Asia Tenggara. Data terbaru, 1,5 persen per dua juta penduduk adalah penderita katarak, dan setiap tahunnya, 240 ribu orang terancam mengalami kebutaan.

Untuk membantu mengurangi jumlah penderita buta katarak di Indonesia, PT Sido Muncul menggandeng Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) melakukan Gerakan Penanggulangan Buta Katarak di Indonesia. Pencanangan gerakan itu dilakukan wakil presiden Boediono pada 15 Januari 2011.

Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek mengapresiasi langkah swasta yang mau ikut mendukung pemerintah mengurangi jumlah penderita katarak di Indonesia. Menurut dia, jumlah penderita katarak di Indonesia sangat tinggi karena matahari terbit dari timur. Sehingga, hal itu mengakibatkan sinar ultraviolet lebih menyentuh langsung ke mata manusia.

"Di Jakarta ada 2,4 persen. Di Indonesia timur mencapai 4 persen. Lebih satu persen bisa menimbulkan masalah sosial. Kita harus turunkan menjadi 0,5 persen sesuai tingkat global," kata Nila yang sekaligus ketua umum Perdami dalam kegiatan operasi katarak ke-45.001 mata di RSCM Kirana, Jakarta Pusat, Selasa (16/2).

Nila melanjutkan, dokter mata terus bergerak untuk mengurangi jumlah pasien katarak. Menurut dia, idealnya tahun ini sebanyak 200 ribu mata bisa dioperasi demi mengurangi penderita katarak di negeri ini.

Dia mengaku ikut bertanggung jawab lantaran masih menyandang sebagai dokter mata. Karena itu, ia mengimbau agar dokter mata di tingkat provinsi bisa turun ke kabupaten/kota mengumpulkan pasien untuk dilakukan operasi katarak massal. Langkah itu lebih efektif ketimbang mendatangkan dokter dari Jakarta, yang membutuhkan biaya mahal.

Terbaru, Nila mengaku, Perdami menggelar operasi katarak di Provinsi Nusa Tenggara Barat. "Di sana sangat tinggi jumlah penderitanya, di angka 4 persen. Di Indonesia, angka diatas 2 persen itu sudah mengkhawatirkan," ujarnya.

Dirut Sido Muncul Irwan Hidayat mengatakan, pihaknya ingin berkontribusi membantu pemerintah mengurangi penyakit katarak di masyarakat. Menurut dia, kegiatan operasi katarak ini telah dilaksanakan di 27 provinsi, 205 kabupaten/kota di 226 rumah sakit di Indonesia.

"Jumlah yang telah dioperasi pada tahun 2011 adalah 6.000 mata, 2012 sebanyak 12.746 mata, 2013 sebanyak 13.024 mata, tahun 2014 sebanyak 8.805 mata, dan tahun 2015 sebanyak 4.425 mata," kata Irwan.

Menurut Irwan, upaya pemberantasan buta katarak di Indonesia, dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. "Tentu juga kegiatan ini akan meningkatkan produktivitas masyarakat."

Muslim, salah satu pasien katarak mengaku senang bisa mengikuti program operasi gratis yang diadakan Sido Muncul dan Perdami. Menurut dia, tiada rasa syukur yang paling luar biasa, kecuali dapat melihat kembali. "Saya operasi tidak sakit, cepet, baru setengah jam lalu operasi," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement